Inspirasi Sehat
Kenali Bahaya Rhabdomyolisis
Fri, 5 Dec 2025CrossFit, spinning, atau HIIT memang sedang jadi gaya hidup modern. Musik yang membakar semangat dan komunitas yang penuh energi membuat sahabat PRAMITA ingin terus menantang diri. Tapi, siapa sangka, di balik semangat go hard or go home, ada risiko tersembunyi yang bisa bikin tubuh benar-benar tumbang: exercise-related rhabdomyolysis.
Apa Itu Rhabdomyolysis?
Rhabdomyolysis terjadi saat otot bekerja terlalu keras hingga sel-selnya rusak. Ketika itu terjadi, zat dari otot yang seharusnya tidak keluar masuk ke aliran darah, dan bisa membebani ginjal. Jika tidak segera ditangani, efeknya bisa serius—mulai dari gagal ginjal sampai kematian.
Tanda-tandanya antara lain: otot membengkak, terasa sangat nyeri, lemah, dan urine berwarna gelap seperti teh. Bila gejala ini muncul setelah olahraga berat, segera periksa ke dokter.
Siapa yang Paling Berisiko?
Tidak hanya pemula, bahkan atlet bisa mengalaminya. Risiko meningkat bila:
Melakukan olahraga intensitas tinggi tanpa pemanasan cukup.
Menahan diri untuk tidak istirahat karena malu dianggap lemah.
Berolahraga di suhu panas tanpa hidrasi cukup.
Mengonsumsi suplemen atau zat perangsang energi berlebihan.
Ingat, setiap tubuh punya batasnya. Olahraga itu untuk memperkuat, bukan menghukum diri sendiri.
Cara Aman Agar Tetap Fit Tanpa Bahaya
Mulai perlahan – tingkatkan intensitas secara bertahap.
Minum air cukup – dehidrasi memperparah risiko cedera otot.
Dengarkan tubuh – rasa nyeri ekstrem bukan tanda “keras latihan”, tapi alarm bahaya.
Istirahat cukup – pemulihan adalah bagian penting dari proses latihan.
Kesimpulan
Sahabat PRAMITA, olahraga adalah investasi kesehatan, tapi bila dilakukan berlebihan justru bisa menjadi ancaman. Exercise-related rhabdomyolysis bukan mitos, tapi kenyataan yang bisa terjadi pada siapa saja. Nikmati olahraga dengan bijak, kenali batas tubuh, dan pastikan hidrasi serta istirahat cukup. Ingat, tubuh yang sehat adalah tubuh yang dihargai—bukan dipaksa.
