Inspirasi Sehat
Hipertensi = Emosian? Mitos atau Fakta
Tue, 27 May 2025Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang berada di atas angka normal secara terus-menerus. Kondisi ini sering tidak menunjukkan gejala, namun dapat meningkatkan risiko terkena stroke, gangguan jantung, dan kerusakan organ lainnya.
Faktor penyebabnya beragam, mulai dari kebiasaan mengonsumsi makanan asin, stres berkepanjangan, jarang bergerak, kelebihan berat badan, hingga faktor keturunan. Meskipun lebih sering ditemukan pada usia lanjut, hipertensi kini juga mulai menyerang usia muda.
Sahabat Pramita mungkin sering mendengar anggapan bahwa orang dengan darah tinggi cenderung lebih mudah marah. Mitos ini cukup populer di masyarakat. Namun, studi ilmiah menyatakan bahwa tekanan darah tinggi tidak secara langsung membuat seseorang emosional. Yang terjadi adalah, kondisi fisik yang tidak nyaman seperti sakit kepala, tegang di leher, detak jantung cepat, atau merasa cepat lelah, bisa memengaruhi suasana hati. Ditambah lagi, keharusan minum obat setiap hari dalam jangka panjang sering menimbulkan beban psikologis tersendiri yang bisa memengaruhi emosi.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa perasaan marah atau tidak stabil secara emosional lebih banyak berhubungan dengan kualitas hidup yang menurun dan tekanan mental yang dialami penderita, bukan dari tekanan darah tinggi itu sendiri.
Pentingnya Pemeriksaan Panel Hipertensi
Untuk memahami kondisi tubuh secara menyeluruh, pemeriksaan panel hipertensi sangat dianjurkan. Pemeriksaan ini meliputi:
Tes darah lengkap: untuk melihat kondisi umum tubuh dan kemungkinan adanya infeksi atau kurang darah.
Tes urine lengkap: mendeteksi tanda awal kerusakan ginjal atau gangguan lainnya.
Gula darah puasa & setelah makan: untuk melihat apakah ada risiko atau tanda diabetes.
Pemeriksaan lemak darah: mengecek kadar kolesterol dan lemak jahat yang bisa menyumbat pembuluh darah.
Tes fungsi ginjal (ureum & kreatinin): menilai apakah ginjal bekerja dengan baik.
Asam urat: untuk mengetahui risiko nyeri sendi yang sering menyertai hipertensi.
Pemeriksaan garam dan mineral tubuh (natrium, kalium, kalsium): menjaga keseimbangan cairan dan kerja jantung.
Mikroalbumin: mendeteksi tanda kerusakan ginjal lebih awal dari biasanya.
Pemeriksaan hormon stres (kortisol): untuk mengetahui apakah tekanan darah disebabkan oleh faktor hormonal.
Foto rontgen dada (thorax): melihat ukuran dan kondisi jantung serta paru-paru.
Rekaman listrik jantung (EKG): mendeteksi apakah ada pembesaran jantung atau gangguan irama.
Pemeriksaan ini penting tidak hanya untuk mengetahui penyebab tekanan darah tinggi, tetapi juga untuk mencegah kerusakan organ sejak dini dan menentukan pengobatan yang paling tepat. Beberapa obat tekanan darah bisa memengaruhi suasana hati, namun sebagian besar tidak berdampak buruk jika dikonsumsi dengan pengawasan dokter.
Kesimpulan
Jadi, anggapan bahwa penderita hipertensi pasti emosian tidak sepenuhnya benar. Perubahan suasana hati bisa muncul karena rasa tidak nyaman di tubuh atau beban psikologis akibat penyakit yang harus dijalani seumur hidup. Pemeriksaan panel hipertensi sangat membantu untuk memahami kondisi tubuh secara menyeluruh, sehingga penanganan yang diberikan pun lebih tepat sasaran dan efektif.
