Inspirasi Sehat

Aesthetic Sleep: Tidur Cantik atau Malah Ribet?

Fri, 16 May 2025

Aesthetic Sleep: Tidur Cantik atau Malah Ribet?

Siapa bilang tidur cuma soal merem lalu bangun pagi? Kini muncul tren baru bernama Aesthetic Sleep, gaya tidur yang menata kamar nggak cuma nyaman, tapi juga super estetik. Intinya, aesthetic sleep adalah konsep menciptakan suasana kamar tidur yang visualnya cakep, bikin rileks, dan tentunya bikin sahabat Pramita makin nyenyak.

Bayangkan lampu redup dengan nuansa hangat, seprai linen lembut, warna-warna pastel yang bikin adem, ditambah tanaman hias buat kesan natural—ini ciri khas aesthetic sleep banget! Gaya minimalis yang anti berantakan juga jadi andalan supaya pikiran nggak ikut berantakan. Selain tampilan cantik, kamar aesthetic dipercaya mampu meningkatkan kualitas tidur, mengurangi stres, dan bikin suasana hati lebih ceria. 

Ada pula yang mengasosiasikan aesthetic sleep gaya tidur modern yang mengandalkan teknologi dan sensor canggih buat bikin tidur jadi berkualitas sekaligus "instagramable". Bayangkan kamar tidur dengan lampu pintar yang redup otomatis, kasur pintar dengan sensor gerak, sampai aplikasi pelacak tidur yang menganalisis setiap fase tidur sahabat Pramita. Tapi, apakah tren tidur estetis ini benar-benar bermanfaat atau malah bikin ribet?

Di satu sisi, penelitian menyebutkan bahwa menggunakan teknologi sebelum tidur, seperti smartphone, justru bisa memicu gangguan tidur dan kecemasan akibat paparan sinar biru yang merusak siklus hormon melatonin (Alshobaili & AlYousefi, 2019). Nah, kalau sahabat Pramita terlalu tergantung teknologi sebelum tidur, risikonya nggak cuma insomnia, tapi juga gangguan metabolisme seperti diabetes hingga gangguan jantung (Baranwal dkk., 2024).

Tapi, disis lain, aesthetic sleep bisa berdampak positif buat kesehatan sahabat Pramita. Penelitian bilang, tidur yang nyaman dan berkualitas bisa bantu mencegah risiko penyakit jantung dan gangguan metabolisme seperti diabetes (Baranwal dkk., 2024). Sebaliknya, kurang tidur atau tidur yang nggak berkualitas bikin tubuh lebih rentan terhadap gangguan metabolisme yang memicu obesitas, kadar kolesterol tinggi, sampai penyakit jantung (Zhu dkk., 2019).

Lalu, gimana caranya tahu kalau tidur sahabat Pramita beneran sehat atau cuma estetik doang? Nah, di sinilah pentingnya cek laboratorium secara berkala. Salah satunya, tes HbA1c buat mendeteksi kadar gula darah rata-rata yang berhubungan erat dengan risiko diabetes akibat kualitas tidur yang buruk (Markwald dkk., 2013). Pemeriksaan profil lipid atau kolesterol juga penting, karena gangguan tidur bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat yang jadi pemicu penyakit jantung (Baranwal dkk., 2024).

Pemeriksaan ini bukan cuma formalitas lho, tapi membantu sahabat Pramita mendeteksi lebih awal risiko penyakit serius yang bisa muncul gara-gara pola tidur yang kurang baik. Dengan begini, sahabat Pramita bisa tetap tidur cantik tapi nggak cuma cantik di luar—tapi sehat dari dalam.

Jadi, tidur estetik bisa banget bermanfaat asal nggak bikin ribet hidup. Tidur cantik, sehatnya pun dapet!
 

Kembali ke indeks
Customer Service
Layanan Whatsapp
SAPA PRAMITA