Inspirasi Sehat

Idul Fitri Tak Lengkap Tanpa Apem

Wed, 26 Mar 2025

Halo, sahabat PRAMITA! Idul Fitri adalah momen penuh suka cita yang selalu dirayakan dengan berbagai tradisi, salah satunya menyajikan kue tradisional seperti kue apem. Tidak hanya enak, kue ini punya cerita panjang dan filosofi mendalam yang lekat dengan budaya Indonesia.

Sejarah Kue Apem
Kue apem sudah dikenal sejak lama di tanah Jawa. Konon, kue ini diperkenalkan oleh Ki Ageng Gribig, seorang tokoh yang membawa tradisi ini setelah perjalanan spiritualnya ke Makkah. Kue ini pun diadaptasi dengan bahan lokal seperti tepung beras dan santan. Nama “apem” dipercaya berasal dari kata Arab “afwan” yang berarti maaf.

Tradisi membagikan apem menjadi simbol permintaan maaf dan berbagi kebahagiaan, terutama saat menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Hingga kini, kue apem tetap menjadi bagian penting dalam perayaan ini.

Filosofi Kue Apem
Kue apem melambangkan permintaan maaf, pembersihan diri, dan pengampunan. Bentuknya yang bulat melambangkan keutuhan dan persatuan, sedangkan warna putihnya mencerminkan kesucian hati. Proses pembuatannya yang membutuhkan kesabaran menjadi pelajaran hidup: segala sesuatu yang baik memerlukan waktu dan usaha.

Kue Apem dan Idul Fitri
Pada perayaan Idul Fitri, apem hadir sebagai simbol kemenangan hati yang bersih. Sahabat PRAMITA pasti setuju, berbagi apem ke tetangga atau kerabat membuat suasana Lebaran semakin hangat. Kue ini sering dijadikan pelengkap tradisi silaturahmi, sebagai pengingat untuk selalu menjaga hubungan baik dan saling memaafkan.

Kesimpulan
Kue apem bukan sekadar kudapan manis, melainkan simbol budaya dan nilai spiritual. Filosofinya mengajarkan kita arti penting memaafkan dan menjaga persatuan. Sahabat PRAMITA, besok Idul Fitri tiba! Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H, mohon maaf lahir batin.

 

Kembali ke indeks
Customer Service
Layanan Whatsapp
SAPA PRAMITA