Inspirasi Sehat

Fatty Liver, Bahaya Nggak Sih ?

Wed, 24 Jul 2024

Perlemakan hati atau fatty liver adalah kondisi dimana hati menyimpan lemak secara berlebihan. Masalah kesehatan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tingginya kadar kolesterol dalam tubuh. Perlu diketahui, pada kondisi normal, hati memang mengandung lemak. Namun, kondisi ini patut diwaspadai ketika kadar lemak dalam hati terlalu tinggi (fatty liver). Lantas, apa penyebab perlemakan hati tersebut dan bagaimana gejalanya?

 

Perlemakan hati (dikenal juga dengan Fatty Liver >> Fatty Liver Disease atau Steatosis Hepatis) adalah kondisi yang ditandai peningkatan kandungan lemak di hati (terutama dalam bentuk Trigliserida) yang melebihi 5% dari total berat hati. Peningkatan kadar lemak tersebut dapat dibuktikan dengan pemeriksaan Sonografi (Ultrasonografi/USG) maupun pengambilan sampel jaringan hati (biopsi).

 

Berdasarkan penyebabnya, Fatty liver terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu  : Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) dan Alcoholic Fatty Liver Disease (AFLD).

 

▪Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)

      NAFLD adalah perlemakan hati yang tidak berhubungan dengan konsumsi alkohol. Belum diketahui secara pasti apa penyebab kondisi ini, namun beberapa hal diketahui dapat meningkatkan risiko NAFLD, di antaranya: kadar Kolesterol tinggi, mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang tinggi, kurang nutrisi dan gizi, menderita penyakit diabetes dan obesitas.

 

▪Alcoholic Fatty Liver Disease (AFLD)

      AFLD adalah perlemakan hati yang disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. Proses penguraian alkohol oleh hati dapat memproduksi zat yang berisiko merusak sel-sel hati dan meningkatkan peradangan. Sehingga, semakin banyak alkohol yang dikonsumsi, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya kerusakan hati. AFLD merupakan tahap awal dari penyakit liver yang berkaitan dengan alkohol. Apabila tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi hepatitis alkoholik dan sirosis hati.

 

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami fatty liver antara lain menderita obesitas dan diabetes tipe 2, gangguan metabolisme, kolesterol tinggi, menderita hipertensi, hipotiroidisme dan hipopituitarisme, menderita resistensi insulin, menderita hepatitis C, mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid.

 

Fatty liver adalah penyakit yang biasanya muncul tanpa gejala apapun di tahap awal. Namun, seiring berkembangnya penyakit, biasanya penderita akan merasakan beberapa gejala berupa nyeri perut sebelah kanan atas, penurunan berat badan, pembengkakan pada kaki dan perut, merasa lemah dan lelah, perut kembung, kehilangan nafsu makan, serta penyakit kuning yang ditandai dengan perubahan warna pada kulit menjadi kuning dan pada bola mata yang berwarna putih menjadi kuning.

 

Untuk pencegahan hati berlemak, tidak lain adalah mengurangi konsumsi karbohidrat olahan dan meningkatkan asupan lemak sehat, terutama lemak jenuh yang berasal dari kelapa, daging sapi, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Mengurangi konsumsi fruktosa adalah salah satu langkah lain menjaga pola makan sehat untuk mencegah hati berlemak.

 

Meningkatkan metabolisme melalui latihan rutin juga dapat mencegah fatty liver. Olahraga rutin dapat meningkatkan resistensi insulin. Mulailah dengan latihan sederhana seperti berjalan selama 30 menit per hari, baru kemudian melakukan olahraga kombinasi antara kardio dan angkat beban untuk menghasilkan efek yang lebih maksimal.

 

Mengonsumsi makanan yang mengandung sulfur dan super food dapat menjadi salah satu cara detoksifikasi alami. Beberapa makanan super yang baik untuk dikonsumsi adalah brokoli, kembang kol, kale, sawi, bawang putih, dan selada air.

 

Selain pendekatan di atas, pada dasarnya terdapat sejumlah obat-obatan yang bersifat tidak spesifik terhadap perlemakan hati itu sendiri. Hal tersebut meliputi:

a. Antidiabetik dan peningkat sensitivitas insulin. Contoh obat yang dapat dipergunakan adalah Metformin 3x500 mg (dapat memperbaiki kadar AST dan ALT, meningkatkan sensitivitas insulin, dan menurunkan volume hati) dan tiazolidindion (pioglitazon) untuk memperbaiki kerja insulin di jaringan lemak tubuh.

b. Obat anti kolesterol: berupa gemfibrozil (memicu perbaikan ALT dan konsentrasi lemak, terutama trigliserida, setelah pemberian 1 bulan) serta atorvastatin yang dapat mempengaruhi perbaikan parameter biokimiawi dan jaringan sel-sel hati, serta profil lemak itu sendiri.

c. Antioksidan, antara lain: vitamin E, vitamin C, beta karoten, N-asetilsistein. Pemberian antioksidan dapat mencegah perburukan perlemakan hati menjadi sirosis, memperbaiki peradangan yang terjadi serta memperbaiki fungsi hati.

d. Ursideoxycholic acid (UDCA), merupakan obat jenis asam empedu yang dapat memediasi regulasi lemak tubuh dan melindungi kerusakan sel hati.

 

Referensi:

 

Fatty Liver Disease. Cleveland Clinic medical professional. 2020

Hasan I. Perlemakan Hati Non Alkoholik. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna; 2014. p. 2000–6.

Scapaticci S, D’Adamo E, Mohn A, Chiarelli F, Giannini C. Non-Alcoholic Fatty Liver Disease in Obese Youth With Insulin Resistance and Type 2 Diabetes. Front Endocrinol (Lausanne). 2021;12:639548.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Praktik Klinis: Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, editors. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia; 2015.

 

Penulis: dr. Daniar Rahma Amelia (Dokter pelayanan medis PRAMITA Lab cabang Tegal)

Kembali ke indeks
Customer Service
Layanan Whatsapp
SAPA PRAMITA