Healthy Inspirations
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
KANKER YANG SERING TERJADI PADA WANIT
Thu, 25 Feb 2021
Menurut data, kanker dunia pada th 2018 sekitar 8,5 juta wanita di dunia mengidap kanker.
Beberapa jenis kanker yang paling sering menyerang wanita
diantaranya adalah : kanker payudara, kolorektal, endometrium, paru-paru, serviks, kulit, dan ovarium. Disini akan dibahas hanya kanker yang khusus terjadi pada wanita. Penting untuk mengenalinya agar kanker ini dapat ditemukan sejak dini, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan serta mengobatinya sebelum menyebar. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi risiko kematian.
1. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada wanita. Kanker ini dapat terjadi pada semua usia, dan risikonya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Menemukan kanker payudara sejak dini saat masih berukuran kecil dan belum menyebar akan meningkatkan angka kesembuhan serta mengurangi risiko kematian. Pemeriksaan rutin adalah cara paling handal untuk menemukan kanker payudara sejak dini.
Hal- hal berikut direkomendasikan untuk wanita dengan risiko rata-2 terhadap kanker payudara :
• Wanita usia 40 hingga 44 tahun dianjurkan mulai uji mammografi atau USG Mammae, terutama bila ada kecurigaan adanya kanker payudara setiap tahun.
• Skrining harus dilanjutkan selama seorang wanita dalam keadaan sehat dan diharapkan untuk hidup setidaknya 10 tahun lagi.
• Setiap wanita harus mengenal payudara mereka baik bentuk ataupun apa yang dirasa, sehingga bila ada perubahan dapat segera melaporkannya ke dokter.
• Wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara baik karena riwayat keluarga, mutasi genetik, atau faktor risiko lainnya, harus diskrining dengan mammografi dan USG Mammae serta pemeriksaan darah yaitu Ca 15-3.
2. Kanker Endometrium
Kanker endometrium adalah kanker pada lapisan dalam rahim. Risiko kanker endometrium meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tindakan yang mempengaruhi kadar hormon, seperti : mengonsumsi estrogen tanpa progesteron dan mengonsumsi tamoxifen untuk pengobatan kanker payudara atau untuk menurunkan risiko kanker payudara dapat meningkatkan peluang wanita terkena kanker ini. Demikian pula menstruasi pertama pada usia yang mulai lebih muda, terlambat menopause, ketidaksuburan atau tidak memiliki anak merupakan faktor risiko juga. Wanita yang pernah menderita atau dengan riwayat keluarga menderita kanker kolorektal non-poliposis (HNPCC atau sindroma Lynch) atau sindrom ovarium polikistik (PCOS), atau mereka yang mengalami obesitas, juga memiliki risiko lebih inggi untuk terkena kanker endometrium. Wanita yang pernah menderita kanker payudara atau kanker ovarium memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker endometrium.
Tidak ada skrining atau uji untuk menemukan kanker endometrium secara dini pada wanita yang berisiko rata-rata dan tidak memiliki gejala. American Cancer Society merekomendasikan bahwa saat menopause semua wanita harus diingatkan tentang risiko dan gejala kanker endometrium. Keputihan yang tidak biasa, bercak atau perdarahan vagina (yang semakin parah di antara periode haid atau setelah menopause) harus dilaporkan ke dokter.
American Cancer Society juga merekomendasikan bahwa wanita yang menderita atau berisikmenderita kanker kolorektal non-poliposis herediter (HNPCC atau sindrom Lynch) disarankan melakukan uji tahunan dengan biopsi endometrium sejak usia 35 tahun.
Pap smear yang sangat baik dalam mendeteksi kanker serviks, seringkali dapat membantu menemukan kasus kanker endometrium dini. Namun demikian, pemeriksaan ini bukan skrining untuk kanker endometrium.
3. Kanker Serviks
Infeksi kronis oleh jenis human papillomavirus (HPV) tertentu merupakan faktor risiko terpenting pada kanker serviks. Faktor risiko lain kanker serviks adalah merokok, memiliki sistem kekebalan yang lemah, infeksi klamidia, kelebihan berat badan, terpapar atau menggunakan perawatan hormon tertentu, dan tidak menjalani pemeriksaan penyaring kankerserviks secara teratur.
Melakukan pemeriksaan penyaring secara teratur dapat membantu menemukan perubahan pada serviks sehingga dapat ditanggulangi sebelum menjadi kanker. Pemeriksaan penyaring kanker serviks meliputi pemeriksaan HPV DNA dan Pap smear. Pemeriksaan HPV DNA ditujukan untuk mendeteksi jenis HPV yang dapat menyebabkan prekanker dan kanker serviks. Pap smear bertujuan untuk menemukan perubahan pada sel serviks yang mungkin akan menjadi kanker atau prekanker. Skrining rutin bertujuan untuk membantu menemukan kanker serviks sejak dini.
American Cancer Society merekomendasikan hal-hal berikut ini untuk orang-orang yang memiliki risiko rata-rata terkena kanker serviks:
• Uji saring terhadap kanker serviks dimulai pada usia 25 tahun.
• Usia antara 25 - 65 tahun perlu melakukan pemeriksaan HPV DNA setiap 5 tahun atau Pap smear setiap 3 tahun.
• Usia di atas 65 tahun yang telah melaksanakan uji saring kanker serviks secara teratur dalam 10 tahun terakhir dengan hasil normal (atau "negatif"), tidak perlu lagi melaksanakan uji saring untuk kanker serviks.
• Mereka yang memiliki riwayat prakanker serviks yang serius harus terus menjalani pemeriksaan secara rutin, setidaknya selama 25 tahun setelah diagnosis tersebut. Bahkan jika pengujian melewati usia 65 tahun.
• Wanita yang telah menjalani histerektomi total (pengangkatan rahim dan leher rahim) tidak perlu lagi melakukan Pap smear, kecuali jika operasi dilakukan untuk mengobati kanker serviks atau prakanker yang serius.
• Orang yang telah divaksinasi HPV harus tetap mengikuti rekomendasi skrining sesuai kelompok usia mereka.
4. Kanker Ovarium
Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia, dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Wanita yang belum pernah memiliki anak, atau yang memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun mungkin berisiko lebih tinggi terkena kanker ini. Wanita yang telah menggunakan estrogen saja sebagai terapi penggantian hormon juga berisiko lebih tinggi. Wanita dengan riwayat pribadi atau keluarga menderita kanker kolorektal non-poliposis herediter (HNPCC atau Sindrom Lynch), kanker ovarium, atau kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Tetapi wanita yang tidak memiliki salah satu kondisi atau faktor risiko tersebut, masih bisa terkena kanker ovarium.
Saat ini tidak ada uji saring yang direkomendasikan untuk kanker ovarium, juga bagi mereka yang memiliki risiko tinggi. Untuk deteksi dini sebaiknya segera memeriksakan ke dokter, jika mengalami gejala2 ini selama lebih dari beberapa minggu:
• Perut bengkak dengan penurunan berat badan
• Masalah pencernaan (termasuk gas, kehilangan nafsu makan, dan kembung)
• Nyeri perut atau panggul
• Merasa seperti ingin buang air kecil sepanjang waktu
Penulis : dr. Tony Iman, Sp.PK, MARS (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Kelapa Dua Raya No. 18 Jakarta)
Beberapa jenis kanker yang paling sering menyerang wanita
diantaranya adalah : kanker payudara, kolorektal, endometrium, paru-paru, serviks, kulit, dan ovarium. Disini akan dibahas hanya kanker yang khusus terjadi pada wanita. Penting untuk mengenalinya agar kanker ini dapat ditemukan sejak dini, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan serta mengobatinya sebelum menyebar. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi risiko kematian.
1. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker yang paling umum pada wanita. Kanker ini dapat terjadi pada semua usia, dan risikonya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Menemukan kanker payudara sejak dini saat masih berukuran kecil dan belum menyebar akan meningkatkan angka kesembuhan serta mengurangi risiko kematian. Pemeriksaan rutin adalah cara paling handal untuk menemukan kanker payudara sejak dini.
Hal- hal berikut direkomendasikan untuk wanita dengan risiko rata-2 terhadap kanker payudara :
• Wanita usia 40 hingga 44 tahun dianjurkan mulai uji mammografi atau USG Mammae, terutama bila ada kecurigaan adanya kanker payudara setiap tahun.
• Skrining harus dilanjutkan selama seorang wanita dalam keadaan sehat dan diharapkan untuk hidup setidaknya 10 tahun lagi.
• Setiap wanita harus mengenal payudara mereka baik bentuk ataupun apa yang dirasa, sehingga bila ada perubahan dapat segera melaporkannya ke dokter.
• Wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara baik karena riwayat keluarga, mutasi genetik, atau faktor risiko lainnya, harus diskrining dengan mammografi dan USG Mammae serta pemeriksaan darah yaitu Ca 15-3.
2. Kanker Endometrium
Kanker endometrium adalah kanker pada lapisan dalam rahim. Risiko kanker endometrium meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tindakan yang mempengaruhi kadar hormon, seperti : mengonsumsi estrogen tanpa progesteron dan mengonsumsi tamoxifen untuk pengobatan kanker payudara atau untuk menurunkan risiko kanker payudara dapat meningkatkan peluang wanita terkena kanker ini. Demikian pula menstruasi pertama pada usia yang mulai lebih muda, terlambat menopause, ketidaksuburan atau tidak memiliki anak merupakan faktor risiko juga. Wanita yang pernah menderita atau dengan riwayat keluarga menderita kanker kolorektal non-poliposis (HNPCC atau sindroma Lynch) atau sindrom ovarium polikistik (PCOS), atau mereka yang mengalami obesitas, juga memiliki risiko lebih inggi untuk terkena kanker endometrium. Wanita yang pernah menderita kanker payudara atau kanker ovarium memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker endometrium.
Tidak ada skrining atau uji untuk menemukan kanker endometrium secara dini pada wanita yang berisiko rata-rata dan tidak memiliki gejala. American Cancer Society merekomendasikan bahwa saat menopause semua wanita harus diingatkan tentang risiko dan gejala kanker endometrium. Keputihan yang tidak biasa, bercak atau perdarahan vagina (yang semakin parah di antara periode haid atau setelah menopause) harus dilaporkan ke dokter.
American Cancer Society juga merekomendasikan bahwa wanita yang menderita atau berisikmenderita kanker kolorektal non-poliposis herediter (HNPCC atau sindrom Lynch) disarankan melakukan uji tahunan dengan biopsi endometrium sejak usia 35 tahun.
Pap smear yang sangat baik dalam mendeteksi kanker serviks, seringkali dapat membantu menemukan kasus kanker endometrium dini. Namun demikian, pemeriksaan ini bukan skrining untuk kanker endometrium.
3. Kanker Serviks
Infeksi kronis oleh jenis human papillomavirus (HPV) tertentu merupakan faktor risiko terpenting pada kanker serviks. Faktor risiko lain kanker serviks adalah merokok, memiliki sistem kekebalan yang lemah, infeksi klamidia, kelebihan berat badan, terpapar atau menggunakan perawatan hormon tertentu, dan tidak menjalani pemeriksaan penyaring kankerserviks secara teratur.
Melakukan pemeriksaan penyaring secara teratur dapat membantu menemukan perubahan pada serviks sehingga dapat ditanggulangi sebelum menjadi kanker. Pemeriksaan penyaring kanker serviks meliputi pemeriksaan HPV DNA dan Pap smear. Pemeriksaan HPV DNA ditujukan untuk mendeteksi jenis HPV yang dapat menyebabkan prekanker dan kanker serviks. Pap smear bertujuan untuk menemukan perubahan pada sel serviks yang mungkin akan menjadi kanker atau prekanker. Skrining rutin bertujuan untuk membantu menemukan kanker serviks sejak dini.
American Cancer Society merekomendasikan hal-hal berikut ini untuk orang-orang yang memiliki risiko rata-rata terkena kanker serviks:
• Uji saring terhadap kanker serviks dimulai pada usia 25 tahun.
• Usia antara 25 - 65 tahun perlu melakukan pemeriksaan HPV DNA setiap 5 tahun atau Pap smear setiap 3 tahun.
• Usia di atas 65 tahun yang telah melaksanakan uji saring kanker serviks secara teratur dalam 10 tahun terakhir dengan hasil normal (atau "negatif"), tidak perlu lagi melaksanakan uji saring untuk kanker serviks.
• Mereka yang memiliki riwayat prakanker serviks yang serius harus terus menjalani pemeriksaan secara rutin, setidaknya selama 25 tahun setelah diagnosis tersebut. Bahkan jika pengujian melewati usia 65 tahun.
• Wanita yang telah menjalani histerektomi total (pengangkatan rahim dan leher rahim) tidak perlu lagi melakukan Pap smear, kecuali jika operasi dilakukan untuk mengobati kanker serviks atau prakanker yang serius.
• Orang yang telah divaksinasi HPV harus tetap mengikuti rekomendasi skrining sesuai kelompok usia mereka.
4. Kanker Ovarium
Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia, dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Wanita yang belum pernah memiliki anak, atau yang memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun mungkin berisiko lebih tinggi terkena kanker ini. Wanita yang telah menggunakan estrogen saja sebagai terapi penggantian hormon juga berisiko lebih tinggi. Wanita dengan riwayat pribadi atau keluarga menderita kanker kolorektal non-poliposis herediter (HNPCC atau Sindrom Lynch), kanker ovarium, atau kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Tetapi wanita yang tidak memiliki salah satu kondisi atau faktor risiko tersebut, masih bisa terkena kanker ovarium.
Saat ini tidak ada uji saring yang direkomendasikan untuk kanker ovarium, juga bagi mereka yang memiliki risiko tinggi. Untuk deteksi dini sebaiknya segera memeriksakan ke dokter, jika mengalami gejala2 ini selama lebih dari beberapa minggu:
• Perut bengkak dengan penurunan berat badan
• Masalah pencernaan (termasuk gas, kehilangan nafsu makan, dan kembung)
• Nyeri perut atau panggul
• Merasa seperti ingin buang air kecil sepanjang waktu
Penulis : dr. Tony Iman, Sp.PK, MARS (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Kelapa Dua Raya No. 18 Jakarta)