Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
WASPADA DEMAM BERDARAH DENGUE
Wed, 19 Jan 2022
Selain menghadapi pandemi COVID-19, masyarakat juga juga patut mewaspadai ancaman penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kerap bermunculan pada musim hujan. Sejak Januari hingga Desember 2021 terdapat peningkatan kasus DBD, di antaranya ada yang meninggal dunia akibat terjangkit DBD, untuk itu diharapkan masyarakat wajib mewaspadai potensi penularan DBD. Kementerian Kesehatan mencatat, kasus DBD di Indonesia pada Juli 2021 mencapai 19.156 kasus yang dilaporkan 405 dari total kabupaten/kota di Indonesia dan Provinsi Jawa Barat menempati posisi pertama dengan jumlah kasus terbanyak.
Hari Demam Berdarah Nasional diperingati setiap tanggal 22 April. Peringatan tahunan ini merupakan momentum peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai penyakit demam berdarah dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan dari salah satu dari empat jenis dengue virus (DENV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yaitu transmisi dari manusia-nyamuk-manusia. Kedua nyamuk itu menggigit pada pagi hari sampai sore menjelang petang. Hujan menyebabkan timbulnya sejumlah genangan air, nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus berkembang biak digenangan air. Upaya pencegahan terbaik yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melakukan sosialisasi gerakan 3M, yakni :
- menguras air di penampungan
- menutup rapat tempat penampungan air, dan
- mengubur atau memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD tersebut, dan abatisasi yaitu program penggunaan abate yang merupakan insektisida yang mengandung bahan aktif temephos 1% untuk memberantas jentik nyamuk yang dapat bertahan selama 8-12 minggu bila ditaburkan ke dalam air, namun masyarakat lebih tenang kalau ada fogging. Fogging adalah tindakan pengasapan dengan bahan pestisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk secara luas, tetapi fogging hanya efektif dalam membunuh nyamuk dewasa tidak untuk larva, telur, ataupun jentik nyamuk. Indikasi dilakukan fogging adalah ketika ditemukan 3 kasus positif Demam Berdarah di daerah tersebut di lingkungan sekitar rumah dalam radius 100 meter. Pada prinsipnya fogging menggunakan pestisida dimana efek negatif dan resistensi akan terjadi jika dilakukan terus menerus dan tidak sesuai indikasi. Pelaksanaan fogging harus dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu sekitar pukul 07.00 – 10.00 dan pukul 14.00 – 17.00. Dikarenakan pada waktu itulah nyamuk Aedes aktif dan beraksi menggigit manusia.
Di tengah pandemi COVID-19 ini juga, masyarakat perlu lebih peka mendeteksi gejala DBD sementara itu gejala DBD tidak langsung muncul, seseorang baru merasakan gejala pada 4 hingga 10 hari setelah digigit nyamuk bervirus Dengue. Gejala paling umum yaitu demam tinggi hingga 40 derajat celcius. Bintik-bintik merah yang muncul di permukaan kulit merupakan tanda terjadinya pendarahan pada kulit akibat penurunan trombosit. Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan permeabilitas vaskular yang ditandai dengan peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi ≥ 20% dari nilai baseline, DBD bisa berkembang menjadi kondisi berat dan merupakan kegawatan, yang disebut dengan dengue shock syndrome (DSS ). Perlu diwaspadi apabila muncul gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut nadi, hal ini dapat menyebabkan kematian ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan.
Sampai saat ini belum ada obat spesifik untuk melawan atau menyembuhkan DBD. Pemberian obat hanya ditujukan untuk mengurangi gejala, misalnya demam, nyeri, serta mencegah komplikasi. Selain itu, penderita DBD dianjurkan untuk istirahat dan cukup minum air putih, susu, jus buah, elektrolit, air tajin agar tidak dehidrasi. dengan frekuensi buang air kecil yang baik setiap 4 – 6 jam.
Penulis : S.M.Susianna.,dr.,Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. Martadinata No. 135 Bandung)
Hari Demam Berdarah Nasional diperingati setiap tanggal 22 April. Peringatan tahunan ini merupakan momentum peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai penyakit demam berdarah dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan dari salah satu dari empat jenis dengue virus (DENV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yaitu transmisi dari manusia-nyamuk-manusia. Kedua nyamuk itu menggigit pada pagi hari sampai sore menjelang petang. Hujan menyebabkan timbulnya sejumlah genangan air, nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus berkembang biak digenangan air. Upaya pencegahan terbaik yaitu pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melakukan sosialisasi gerakan 3M, yakni :
- menguras air di penampungan
- menutup rapat tempat penampungan air, dan
- mengubur atau memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD tersebut, dan abatisasi yaitu program penggunaan abate yang merupakan insektisida yang mengandung bahan aktif temephos 1% untuk memberantas jentik nyamuk yang dapat bertahan selama 8-12 minggu bila ditaburkan ke dalam air, namun masyarakat lebih tenang kalau ada fogging. Fogging adalah tindakan pengasapan dengan bahan pestisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk secara luas, tetapi fogging hanya efektif dalam membunuh nyamuk dewasa tidak untuk larva, telur, ataupun jentik nyamuk. Indikasi dilakukan fogging adalah ketika ditemukan 3 kasus positif Demam Berdarah di daerah tersebut di lingkungan sekitar rumah dalam radius 100 meter. Pada prinsipnya fogging menggunakan pestisida dimana efek negatif dan resistensi akan terjadi jika dilakukan terus menerus dan tidak sesuai indikasi. Pelaksanaan fogging harus dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu sekitar pukul 07.00 – 10.00 dan pukul 14.00 – 17.00. Dikarenakan pada waktu itulah nyamuk Aedes aktif dan beraksi menggigit manusia.
Di tengah pandemi COVID-19 ini juga, masyarakat perlu lebih peka mendeteksi gejala DBD sementara itu gejala DBD tidak langsung muncul, seseorang baru merasakan gejala pada 4 hingga 10 hari setelah digigit nyamuk bervirus Dengue. Gejala paling umum yaitu demam tinggi hingga 40 derajat celcius. Bintik-bintik merah yang muncul di permukaan kulit merupakan tanda terjadinya pendarahan pada kulit akibat penurunan trombosit. Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan permeabilitas vaskular yang ditandai dengan peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi ≥ 20% dari nilai baseline, DBD bisa berkembang menjadi kondisi berat dan merupakan kegawatan, yang disebut dengan dengue shock syndrome (DSS ). Perlu diwaspadi apabila muncul gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut nadi, hal ini dapat menyebabkan kematian ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan.
Sampai saat ini belum ada obat spesifik untuk melawan atau menyembuhkan DBD. Pemberian obat hanya ditujukan untuk mengurangi gejala, misalnya demam, nyeri, serta mencegah komplikasi. Selain itu, penderita DBD dianjurkan untuk istirahat dan cukup minum air putih, susu, jus buah, elektrolit, air tajin agar tidak dehidrasi. dengan frekuensi buang air kecil yang baik setiap 4 – 6 jam.
Penulis : S.M.Susianna.,dr.,Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. Martadinata No. 135 Bandung)