Inspirasi Sehat
Varian Baru Omicron
Wed, 29 Dec 2021Awal November 2021, teknisi laboratorium Lancet Laboratories, Pretoria, Afrika Selatan, menemukan ciri yang tidak lazim pada sampel yang mereka uji untuk virus corona, sebuah gen hilang dari struktur genom normal virus corona yang biasanya ada. Tes PCR tidak mendeteksi satu target yang biasanya terdeteksi, pertanda ada sesuatu yang berubah pada virus corona.
Beberapa hari kemudian fenomena yang sama dilaporkan di Departemen Patologi Molekuler Lancet di Johannesburg. Dr Allison Glass, mengatakan penemuan ini terjadi bertepatan dengan melonjaknya kasus positif Covid-19 di sejumlah wilayah di Afrika Selatan. Tiga pekan kemudian apa yang ditemukan ilmuwan Afrika Selatan itu di seluruh dunia dikenal dengan nama virus corona varian Omicron.
Salah seorang dokter pertama di Afrika Selatan yang mendeteksi adanya varian virus corona, Omicron bernama Dr Angelique Coetzee. Oleh sebab itu pada tanggal 26 November 2021, World Health Organization (WHO) menetapkan varian B.1.1.529 sebagai variant of concern, yang disebut Omicron. Keputusan ini diambil berdasarkan bukti yang diajukan kepada TAG-VE bahwa Omicron memiliki beberapa mutasi yang dapat berdampak pada perilakunya, misalnya: seberapa mudah varian ini menyebar atau tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya.
Berikut adalah rangkuman tentang apa yang diketahui saat ini tentang varian baru Omicron.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus pertama COVID-19 varian Omicron di Indonesia pada hari Kamis 16 Desember 2021, terdeteksi pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Petugas kebersihan tersebut tertular virus Omicron dari seorang wanita WNI yang baru pulang dari Nigeria pada tanggal 27 November 2021 yang sedang dikarantina di Wisma Atlet Kemayoran. Hingga tanggal 26 Desember 2021 Kementerian Kesehatan telah melaporkan 46 kasus Omicron.
Peneliti-peneliti di Afrika Selatan dan di seluruh dunia sedang menjalankan penelitian untuk lebih memahami berbagai aspek Omicron dan akan terus membagikan temuan dari studi-studi ini saat tersedia, namun hingga saat ini belum jelas apakah Omicron lebih mudah menyebar dan apakah infeksi Omicron menyebabkan penyakit yang lebih berat dibandingkan infeksi varian-varian lain.
Adapun gejala klinis varian Omicron menyebabkan nyeri otot, kelelahan selama satu atau dua hari / tidak enak badan, mereka mungkin batuk ringan dan tidak ada gejala yang menonjol.
World Health Organization (WHO) bekerja sama dengan para mitra teknis untuk memahami kemungkinan dampak dari varian ini, termasuk vaksin. Vaksin yang ada saat ini tetap efektif melawan agar penyakit tidak bertambah berat dan menyebabkan kematian.
Karena Omicron telah ditetapkan sebagai variant of concern, WHO merekomendasikan negara-negara untuk mengambil beberapa tindakan, melakukan investigasi lapangan dan pemeriksaan laboratorium untuk lebih memahami apakah Omicron memiliki karakteristik transmisi atau penyakit yang berbeda, atau berdampak pada efektivitas vaksin, terapeutik, diagnosis, dan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial.
Langkah-langkah paling efektif menurunkan penyebaran virus COVID-19 yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menjaga jarak fisik sejauh setidaknya 1 meter dari orang lain; memakai masker dengan benar; membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi; menghindari ruangan berventilasi buruk atau ruangan yang ramai; menjaga kebersihan tangan; mengarahkan batuk atau bersin ke siku yang terlipat atau tisu; dan menerima vaksin saat sudah tiba giliran divaksinasi tanpa harus memilih milih jenis vaksin.
Penulis : S.M.Susianna.,dr.,Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. Martadinata No. 135 Bandung)
Pustaka Acuan:
- Classification of Omicron (B.1.1.529): SARS-CoV-2 Variant of Concern
- Informasi lebih lanjut tentang TAG-VE
- https://www.who.int/indonesia/news/detail/30-11-2021-informasi-terbaru-tentang-omicron
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20211226/1939050/total-kasus-terkonfirmasi-omicron-bertambah-jadi-46-kasus/