Inspirasi Sehat
Pengobatan TBC Saat Puasa
Tue, 26 Mar 2024Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis di paru. Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru. Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. Penyakit ini menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah.
Tuberkulosis dapat dicegah dan disembuhkan. Penyakit TBC biasanya diobati dengan antibiotik dan bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
Di negara tertentu, vaksin Bacille Calmette-Guérin (BCG) diberikan kepada bayi atau anak kecil untuk mencegah TBC. Vaksin ini mencegah TBC di luar paru-paru, namun tidak di paru-paru. Di seluruh dunia, TBC merupakan pembunuh menular nomor dua setelah COVID-19 (di atas HIV dan AIDS). TB yang resisten terhadap banyak obat (TB-MDR) masih menjadi krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. Hanya sekitar 2 dari 5 penderita TBC yang resisten terhadap obat yang mengakses pengobatan pada tahun 2022. Mengakhiri epidemi TBC pada tahun 2030 merupakan salah satu target kesehatan dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB.
Orang dengan infeksi TBC laten tidak merasa sakit dan tidak menularkan. Hanya sebagian kecil orang yang tertular TBC yang akan terkena penyakit dan gejala TBC. Bayi dan anak-anak mempunyai risiko lebih tinggi. Gejala yang dialami seseorang bergantung pada bagian tubuh mana TBC menjadi aktif. Meskipun TBC biasanya menyerang paru-paru, penyakit ini juga menyerang ginjal, otak, tulang belakang, dan kulit. Ketika seseorang terkena penyakit TBC, ia akan merasakan gejalanya. Penyakit ini mungkin ringan selama berbulan-bulan, sehingga mudah menularkan TBC kepada orang lain tanpa menyadarinya.
Gejala umum TBC
- Batuk berkepanjangan (terkadang disertai darah)
- Nyeri dada
- Kelemahan
- Kelelahan
- Penurunan berat badan
- Demam
- Keringat malam.
Faktor Risiko
Kondisi-kondisi tertentu yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit tuberkulosis:
- Penderita Diabetes (gula darah tinggi)
- Melemahnya sistem kekebalan tubuh (misalnya, HIV atau AIDS)
- Mengalami kekurangan gizi
- Penggunaan tembakau
- Tinggal di pemukiman padat dan kumuh
- Petugas medis yang sering merawat penderita TBC
- Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak
- Pengguna NAPZA
- Penderita kecanduan alkohol
- Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn.
Pencegahan
Langkah-langkah berikut untuk membantu mencegah infeksi dan penyebaran tuberkulosis:
1. Cari pertolongan medis jika mengalami gejala seperti batuk berkepanjangan, demam, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan karena pengobatan dini untuk TBC dapat membantu menghentikan penyebaran penyakit dan meningkatkan peluang untuk sembuh.
2. Melakukan tes infeksi TBC jika berisiko tinggi, misalnya jika mengidap HIV atau melakukan kontak dengan orang yang mengidap TBC di rumah atau tempat kerja.
3. Jika diresepkan pengobatan untuk mencegah TBC, selesaikan pengobatan secara lengkap.
4. Jika sudah mengidap TBC, jaga kebersihan saat batuk, termasuk menghindari kontak dengan orang lain dan memakai masker, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, serta membuang dahak dan tisu bekas dengan benar.
5. Tindakan khusus seperti respirator dan ventilasi penting untuk mengurangi infeksi di layanan kesehatan dan institusi lainnya.
Diagnosa
WHO merekomendasikan penggunaan tes diagnostik molekuler cepat sebagai tes diagnostik awal pada semua orang dengan tanda dan gejala TBC. Tes diagnostik cepat yang direkomendasikan oleh WHO mencakup tes Xpert MTB/RIF Ultra dan Truenat. Tes-tes ini memiliki akurasi diagnostik yang tinggi dan akan membawa kemajuan besar dalam deteksi dini TBC dan TBC yang resisten terhadap obat. Tes kulit tuberkulin (TST) atau uji pelepasan interferon-gamma (IGRA) dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi. Mendiagnosis TBC yang resisten terhadap berbagai obat dan bentuk TBC yang resisten terhadap obat lain serta TBC yang terkait dengan HIV bisa jadi rumit dan mahal. Tuberkulosis sangat sulit didiagnosis pada anak-anak.
Pengobatan
Penyakit infeksi tuberkulosis dapat diobati dengan tuntas, yang penting pasien patuh dan minum obat secara teratur. Tahap awal pengobatan, pasien mengkonsumsi obat setiap hari dengan jenis obat:
R (Rifampisin),
H (Isoniazid),
Z (Pirazinamid),
E (Ethambutol).
Pengidap TBC harus mengonsumsi obat yang diresepkan dokter selama 6-9 bulan tanpa putus. Dibutuhkan kedisiplinan untuk minum obat agar pengidap bisa sembuh, termasuk saat puasa. Jika tidak, ketidakdisiplinan dalam minum obat membuat bakteri kebal terhadap antibiotik sehingga gejalanya cenderung memburuk. Kondisi ini dikenal dengan TB-MDR (multidrug-resistant tuberculosis). Pasalnya, meski gejala menghilang, bakteri penyebab TBC masih ada di dalam tubuh dan berstatus non-aktif. Bakteri bisa sewaktu-waktu aktif dan berkembang ketika daya tahan tubuh melemah.
PENGOBATAN TBC SAAT PUASA
Sebelum memutuskan berpuasa, pengidap TBC perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Pengidap bisa mengganti jadwal konsumsi obat atas sepengetahuan dokter. Pastikan obat dikonsumsi pada waktu yang sama tiap harinya selama puasa. Tujuannya untuk mencegah kelupaan minum obat yang berdampak negatif pada kesehatan pengidap. Jika pasien lupa minum obat, minum segera obat ketika ingat dan konsultasi ke dokter, jangan minum 2 dosis sekaligus.
Bagi Pasien TB yang dapat menjalankan ibadah puasa tidak usah khawatir karena menjalankan puasa ternyata bermanfaat untuk kesehatan tubuh kita, yaitu dapat meningkatkan imun pengidap TB. Selama menjalani ibadah puasa, kuman penyebab penyakit tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, berhasil terbunuh secara perlahan. Pengidap TB yang menjalani puasa mengalami perubahan pada pola makan dan juga kualitas makanan yang dikonsumsi. Dalam hal ini, puasa yang dijalankan bisa disebut sebagai stresor. Perubahan pola makan dan kebiasaan sehari-hari membuat tubuh merespons terhadap imun orang pengidap TB.
Selain minum obat, pengidap TBC perlu menjalani pola hidup sehat selama berpuasa. Mulai dari konsumsi makanan sehat selama sahur dan berbuka. Perhatikan asupan nutrisi yang perlu dipenuhi seperti kalori, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin D, mineral, seng, dan selenium. Kekurangan gizi pada pengidap TB ternyata dapat membuat penyakit TB menjadi lebih parah. Dengan menerapkan pola makan sehat, tubuh akan lebih mudah dalam melawan kuman penyebab tuberkulosis dan keseimbangan gizi mempercepat proses penyembuhan tuberkulosis.
Sebaiknya saat bulan puasa, batasi konsumsi minuman yang mengandung soda maupun kafein, seperti kopi atau teh. Perbanyak minum air putih agar kesehatan tubuh terjaga dan terhindar dari dehidrasi serta penyakit lainnya. Selain itu, bagi pengidap TB yang puasa sebaiknya batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi, misalnya gorengan atau makanan cepat saji. Hindari juga kebiasan merokok dan asap rokok, karena dapat memperparah keadaan paru-paru. Jika memiliki pertanyaan seputar cara pengaturan nutrisi atau masih bingung dalam menentukan asupan nutrisi yang sesuai dengan kondisi kesehatan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau Ahli Gizi.
Penulis: dr. Luthfa Mudrika, M.Sc., Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium PRAMITA Lab Cabang Jl. DR. Cipto Mangunkusumo No.95, Cirebon)