Inspirasi Sehat
Pemeriksaan Untuk Mendeteksi PCOS
Wed, 19 Jun 2024Pemeriksaan Untuk Mendeteksi PCOS
Penyakit PCOS seringkali ditemukan ketika wanita menjalani program hamil (pada kasus infertilitas) sehingga agak terlambat dalam penanganannya. Walaupun kehamilan bisa terjadi setelah memperoleh pengobatan yang tepat, sebaiknya pemeriksaan dilakukan sejak dini saat masa remaja terutama bila memiliki gejala dan tanda PCOS seperti dijelaskan di atas. Terutama bagi wanita yang mengalami obesitas, gangguan menstruasi, dan memiliki riwayat genetik atau keturunan menderita PCOS.
Untuk pemeriksaan mendeteksi PCOS yang dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan USG ovarium biasanya dilakukan secara transvaginal untuk menilai morfologi ovarium. USG abdomen dapat dilakukan pada remaja perempuan atau wanita yang belum aktif secara seksual. Gambaran ovarium polikistik berdasarkan kriteria Rotterdam adalah ditemukannya 12 atau lebih folikel dengan diameter 2–9 mm pada masing-masing ovarium. Kondisi ini dapat disertai peningkatan volume ovarium di atas 10 ml. Pemeriksaan CT Scan dan MRI dilakukan untuk melihat kelenjar adrenal dan ovarium. MRI adalah modalitas terbaik untuk memeriksa morfologi ovarium pada perempuan dengan obesitas di mana morfologi ovarium sulit terlihat dengan baik melalui USG transvaginal.
2. Pemeriksaan Hormon
Hormon Androgen (Testosteron): Hiperandrogenisme ditandai dengan peningkatan kadar androgen sirkulasi. Testosteron bebas (free testosterone) atau free androgen index (FAI) lebih sering digunakan dalam diagnosis hiperandrogenisme. Nilai FAI di atas 5% menunjukkan hiperandrogenisme. Hormon FSH, LH, Prolaktin, Esteradiol, dan Progesteron: Pasien dengan PCOS memiliki kadar prolaktin yang meningkat (biasanya lebih dari 25 mg/dL). Hiperprolaktinemia dicek saat puasa. Hormon Anti-Mullerian: Kadar hormon Anti-Mullerian (AMH) dilaporkan 2-3 kali lebih tinggi pada pasien PCOS dibandingkan populasi normal. Nilai ambang AMH untuk prediksi adanya PCOS adalah 4,45 ng/ml.
3. Pemeriksaan Kimia Darah
Panel Lipid (Kolesterol Total/Trigliserida/LDL/HDL): Pemeriksaan Gula Darah Puasa/Post Prandial/HbA1c/Insulin: Pasien PCOS sering mengalami obesitas yang disebabkan oleh DM tipe 2 dan dislipidemia. PENATALAKSANAAN PCOS
Penatalaksanaan sindrom ovarium polikistik (PCOS) ada 3 bagian yaitu:
1. Modifikasi Gaya Hidup Modifikasi gaya hidup meliputi penurunan berat badan dan diet dengan kalori restriktif yang tinggi serat. Konsumsi karbohidrat, lemak jenuh, dan lemak trans harus dikurangi, sementara konsumsi asam lemak omega-3 dan omega-9 harus ditambah. Aktivitas fisik dianjurkan dengan intensitas sedang minimal 30 menit 5 kali seminggu, atau intensitas berat minimal 20 menit 3 kali seminggu, atau kombinasi keduanya.
2. Tata Laksana Farmakologis
Klomifen: Terapi lini pertama untuk induksi ovulasi pada pasien yang mengalami anovulasi. Pil Kontrasepsi Oral Kombinasi: Digunakan untuk menginduksi menstruasi yang teratur. Kontrasepsi oral tidak hanya mencegah produksi androgen ovarium, tetapi juga meningkatkan produksi SHBG (sex hormone-binding globulin). Metformin dan Pioglitazon: Untuk mengatasi resistensi insulin. Spironolactone dan Finasteride: Obat antiandrogen. Letrozol: Obat aromatase inhibitor yang dapat digunakan untuk menginduksi ovulasi.
3. Pembedahan Terapi bedah pada sindrom ovarium polikistik (PCOS) bertujuan untuk memulihkan ovulasi. Berbagai metode laparoskopi termasuk elektrokauter, laser drilling, dan biopsi multipel dapat dipertimbangkan untuk perempuan dengan PCOS yang resisten terhadap klomifen.
Dari penjelasan di atas, PCOS adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan infertilitas pada wanita usia subur. Oleh karena itu, penting untuk segera mendiagnosis PCOS pada wanita remaja sehingga mendapatkan penanganan yang tepat untuk menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah infertilitas.
Penulis: dr. Syamsul Andi Hakim (Dokter Konsulen Medis Laboratorium PRAMITA Cabang Sumarecon, Bekasi)
Keyword SEO-friendly: pemeriksaan PCOS, deteksi PCOS, gejala PCOS, hormon androgen, ovarium polikistik, infertilitas wanita, kesehatan reproduksi wanita