Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
PEMERIKSAAN PENYAKIT LAMBUNG
Thu, 15 Sep 2022
Dalam mendiagnosis penyakit asam lambung, dokter akan menanyakan gejala yang dialamai pasiennya. Gejala asam lambung naik atau refluks asam lambung ini dianggap sebuah penyakit bila gejalanya muncul paling tidak 2 kali dalam seminggu. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit dan melihat kemungkinan terjadinya komplikasi. Pemeriksaan lanjutan tersebut adalah :
▪︎ Pemeriksaan UBT diperlukan untuk mendeteksi adanya bakteri Helicobacter pylori, baik untuk diagnosis, maupun untuk monitoring pengobatan. UBT merupakan baku emas non invasive untuk mendeteksi Helicobacter pylori. Proses pemeriksaan hanya membutuhkan waktu dua menit dengan tingkat akurasi yang tinggi (sekitar 98%), selain itu juga ada pemeriksaan Helicobacter pylori dapat diambil dari sampel darah dan Faeces.
▪︎ Pemeriksaan EKG bertujuan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner atau serangan jantung, karena kedua penyakit ini menimbulkan gejala yang mirip dengan GERD, yaitu nyeri dada.
▪︎ Pemeriksaan Gastroskopi atau endoskopi menggunakan alat khusus seperti selang berkamera, untuk mendeteksi peradangan pada esofagus atau kerongkongan (esofagitis) akibat asam lambung naik. Dengan pemeriksaan ini, sampel jaringan dari esofagus dapat diambil dan diperiksa di bawah mikroskop (biopsi esofagus).
▪︎ Manometri esophagus, tes ini dilakukan untuk memeriksa irama gerakan otot saat menelan, serta mengukur kekuatan otot kerongkong
▪︎ Foto Rontgen saluran pencernaan bagian atas (foto Rontgen OMD)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat rongga saluran pencernaan atas dan lapisannya. Bila ada peradangan atau penyempitan kerongkongan akan terlihat pada foto tersebut.
▪︎ Pengukuran tingkat keasaman (pH) kerongkongan
Pengukuran ini dilakukan dengan memasukkan selang atau kateter ke dalam kerongkongan. Selang ini terhubung ke komputer untuk mengukur tingkat keasaman kerongkongan saat penderita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan atau tidur.
Penulis : Dr. Yasmin Hudrina (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 70 Bukit Kecil Palembang)
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit dan melihat kemungkinan terjadinya komplikasi. Pemeriksaan lanjutan tersebut adalah :
▪︎ Pemeriksaan UBT diperlukan untuk mendeteksi adanya bakteri Helicobacter pylori, baik untuk diagnosis, maupun untuk monitoring pengobatan. UBT merupakan baku emas non invasive untuk mendeteksi Helicobacter pylori. Proses pemeriksaan hanya membutuhkan waktu dua menit dengan tingkat akurasi yang tinggi (sekitar 98%), selain itu juga ada pemeriksaan Helicobacter pylori dapat diambil dari sampel darah dan Faeces.
▪︎ Pemeriksaan EKG bertujuan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner atau serangan jantung, karena kedua penyakit ini menimbulkan gejala yang mirip dengan GERD, yaitu nyeri dada.
▪︎ Pemeriksaan Gastroskopi atau endoskopi menggunakan alat khusus seperti selang berkamera, untuk mendeteksi peradangan pada esofagus atau kerongkongan (esofagitis) akibat asam lambung naik. Dengan pemeriksaan ini, sampel jaringan dari esofagus dapat diambil dan diperiksa di bawah mikroskop (biopsi esofagus).
▪︎ Manometri esophagus, tes ini dilakukan untuk memeriksa irama gerakan otot saat menelan, serta mengukur kekuatan otot kerongkong
▪︎ Foto Rontgen saluran pencernaan bagian atas (foto Rontgen OMD)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat rongga saluran pencernaan atas dan lapisannya. Bila ada peradangan atau penyempitan kerongkongan akan terlihat pada foto tersebut.
▪︎ Pengukuran tingkat keasaman (pH) kerongkongan
Pengukuran ini dilakukan dengan memasukkan selang atau kateter ke dalam kerongkongan. Selang ini terhubung ke komputer untuk mengukur tingkat keasaman kerongkongan saat penderita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan atau tidur.
Penulis : Dr. Yasmin Hudrina (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 70 Bukit Kecil Palembang)