Inspirasi Sehat
Pemeriksaan Penunjang Diagnosa Penyakit Prostat
Wed, 14 Jun 20231. Pemeriksaan Fisik oleh Dokter diantara nya :
Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) : pemeriksaan yang penting pada pasien BPH. Dari pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung lebih kecil daripada ukuran yang sebenarnya. Pada pemeriksaan colok dubur juga perlu menilai tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada lengkung refleks di daerah sakral.
2. Pemeriksaan Penunjang, meliputi :
a. Pemeriksaan urinalisis untuk menentukan adanya leukosituria dan hematuria. Apabila ditemukan hematuria. Bila dicurigai adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine. Urinalisis harus dilakukan untuk penegakan diagnosis pada pasien pria dengan keluhan nyeri berkemih.
b. Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ spesifik tetapi bukan cancer specific. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat dan usia yang makin tua.
Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti: (a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
(b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan
(c) lebih mudah terjadi retensi urine akut.
Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Semakin tinggi kadar PSA, maka semakin cepat laju pertumbuhan prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2- 1,3 ng/dl adalah 0,7 mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl adalah 2,1 mL/tahun dan kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun. Serum PSA dapat meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi. Pada usia di atas 50 tahun atau di atas 40 tahun (pada kelompok dengan risiko tinggi) pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat. Apabila kadar PSA >4 ng/ml, biopsi prostat dipertimbangkan setelah didiskusikan dengan pasien.
c. Pemeriksaan Uroflowmetry (Pancaran Urine) adalah pemeriksaan pancaran urine selama proses berkemih. Pemeriksaan non-invasif ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah. Dari uroflowmetry dapat diperoleh informasi mengenai volume berkemih, laju pancaran maksimum (Qmax), laju pancaran rata-rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju pancaran maksimum dan lama pancaran. Pemeriksaan ini dipakai untuk mengevaluasi gejala obstruksi infravesika, baik sebelum maupun setelah terapi. Hasil uroflowmetry tidak spesifik menunjukkan penyebab terjadinya kelainan pancaran urine. Pancaran urine yang lemah dapat disebabkan obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan otot berkemih.
d. Pemeriksaan Residu urine
Residu urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa urine di kandung kemih setelah berkemih. Jumlah residu urine pada pria normal rata-rata 12 mL. Pemeriksaan residu urine dapat dilakukan dengan cara USG, bladder scan atau dengan kateter uretra. Pengukuran dengan kateter ini lebih akurat dibandingkan USG, tetapi tidak nyaman bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, infeksi saluran kemih, hingga bakteremia. Peningkatan volume residu urine dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan kontraksi otot detrusor. Volume residu urine yang banyak pada pemeriksaan awal berkaitan dengan peningkatan risiko perburukan gejala. Peningkatan volume residu urine pada pemantauan berkala berkaitan dengan risiko terjadinya retensi urine.
e.Pemeriksaan pencitraan prostat merupakan pemeriksaan rutin yang bertujuan untuk menilai bentuk dan besar prostat, dengan menggunakan ultrasonografi transabdominal (TAUS) atau ultrasonografi transrektal (TRUS).
Penulis : Dr. Nurul Wijayanti (Dokter Pelayanan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. Parang Kusumo No. 2 Surabaya)