Inspirasi Sehat

PEMERIKSAAN PADA TBC dan PNEUMONIA

Thu, 30 Mar 2023

▪︎ PENYAKIT TBC

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular,  disebabkan oleh agen infeksi bakteri M. Tuberculosis yang umumnya menyerang organ paru pada manusia.



Penyakit ini ditularkan oleh penderita BTA positif yang menyebar melalui droplet nuklei yang keluar saat penderita batuk atupun bersin. Bakteri yang menyebar di udara dapat dihirup oleh orang sehat sehingga dapat menyebabkan infeksi.

 

Adapun cara mendiagnosa TBC dengan anamnesa tanda gejala pasien dan dilanjut pemeriksaan fisik kepada pasien. Namun harus juga didukung dengan pemeriksaan penunjang untuk mengkonfirmasi diagnosa pasien.

 

Anamnesis yang mendalam harus dilakukan untuk dapat mengetahui penyebab, faktor risiko yang dapat mendasari keluhan pasien. Selain itu, anamnesis lebih dalam diharapkan dapat mengetahui riwayat terdahulu pasien apakah terdapat infeksi berulang atau kambuhan. Untuk anak yang mempunyai tanda dan gejala TBC perlu diperhatikan status gizi dan tumbuh kembangnya. Dengan anamnesis, klinisi juga dapat mengeklusi diagnosis banding terhadap penyakit infeksi paru lainnya. 

 

Riwayat kontak dengan penderita dan jenis pekerjaan yang berisiko kontak dengan penderita juga perlu ditanyakan. Faktor lingkungan pasien yang padat penduduk, lembab serta ventilasi yang kurang baik dan status ekonomi pasien perlu diperhatikan.

 

Pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan pasien untuk mencari faktor risiko TBC misalnya adanya risiko penularan dengan penderita, atau pasien terdapat infeksi berulang yang berisiko untuk menularkan. Status gizi pasien juga beresiko tertular penderita TBC. Dalam penampilan klinis TBC sering asimtomatik (tidak ada gejala) dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.

 

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah

 

  • Pemeriksaan Hematologi Lengkap:

    Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan pergeseran hitung jenis ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah (LED) mulai meningkat. Hasil pemeriksaan darah lain juga didapatkan: anemia ringan dengan gambaran normokrom normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.

  • Pemeriksaan Radiologis :

    Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada pada dewasa merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi TB. Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, harus hati- hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.

  • Pemeriksaan Bakteriologis:

    Tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga pemeriksaan dahak SPS (Sewaktu- Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif. Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat pada anak.

  • Pemeriksaan Uji Tuberkulin :

    Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux  (penyuntikan intrakutan) dengan spuit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan  anergi (malnutrisi , penyakit sangat berat pemberian  imunosupresif, dll). Jika uji tuberkulin meragukan dilakukan uji ulang. Pada saat ini uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TBC pada orang dewasa.

  • Pemeriksaan reaksi cepat BCG :

    Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi  cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tubercolosis. Pada saat ini pemeriksaan ini tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TBC pada orang  dewasa karena kelemahan tes ini adalah adanya positif palsu.

  • Pemeriksaan IGRA:

    IGRA merupakan tes skrining tuberkulosis yang lebih spesifik dengan sensitivitas yang serupa dengan tes Mantoux. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk skrining infeksi TB laten. Kekurangan pemeriksaan IGRA bila dibandingkan dengan tes Mantoux adalah biaya yang lebih mahal. Selain itu, tes IGRA membutuhkan sarana laboratorium yang lebih memadai dan proses yang lebih rumit.

  • Pemeriksaan Gene Xpert MTB/ RIF Assay:

    Pemeriksaan yang menggunakan amplifikasi polymerase chain reaction (PCR) real-time multiplex. Metode ini dapat mengidentifikasi bakteri berdasarkan teknik DNA molekular. Pemeriksaan ini merupakan tes diagnostik yang cepat dengan sensitivitas mencapai 98%, terutama dalam mendeteksi resistensi rifampisin. Pemeriksaan yang menggunakan RNA ribosom dan PCR DNA ini dapat selesai dalam waktu 24 jam.

 

Prinsip utama pengobatan tuberkulosis adalah patuh untuk meminum obat selama jangka waktu yang diberikan oleh dokter, hal ini dianjurkan agar bakteri penyebab penyakit tuberkulosis tidak menjadi kebal terhadap obat-obatan yang diberikan. Paduan obat yang digunakan adalah paduan obat utama dan obat tambahan.

 

▪︎ PENYAKIT PNEUMONIA

 

PNEUMONIA adalah peradangan paru oleh bakteri dengan gejala berupa panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, serta gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang).

 

Diagnosis klinis pneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan foto toraks. Diagnosis klinis pneumonia komunitas yang disertai penyakit penyerta sulit dilakukan. Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk mengkonfirmasi penyakit pasien.

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan pasien perlu ditanyakan. Baik lingkungan, Riwayat merokok dikeluarga, ventilasi rumah, dan faktor-faktor lainnya. Pada anak perlu diperhatikan status gizi, riwayat imunisasi, riwayat pemberian ASI Ekslusif pada anak, riwayat berat badan saat lahir juga diperlukan untuk mengetahui penyebab dari keluhan pasien.

 

Dalam klinis pneumonia sering menimbulkan gejala demam, batuk kental dan produktif, sering dibarengi sesak nafas dan pasien kadang tidak nyaman atau sesak bila dengan posisi tidur terlentang.

 

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

 

  • Pemeriksaan Radiologi:

Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran Kavitas.

  • Pemeriksaan Hematologi lengkap & hitung jenis:

Peningkatan jumlah leukosit, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan leukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat.

  • Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi

antigen polisakarida pneumokokkus.

  • Analisa Gas Darah:

Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan

parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut

menunjukkan asidosis respiratorik.

  • Pemeriksaan Fungsi Paru-Paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar) tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, Hipoksemia.

 

Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi

pasien.

 

Pustaka Acuan:

  1. Global tuberculosis control: surveillance, planning, financing. Geneva: WHO;   2006   (WHO/HTM/TB/ 2006.362).
  2. Improving the diagnosis and treatment of smear-negative pulmonary and extrapulmonary tuberculosis among adults and adolescents: Recommendations for HIV- prevalent and resource-constrained settings. Geneva: WHO; 2006
  3. Nahid P, Pai M, Hopewell P. Advances in the diagnosis and treatment of tuberculosis. Proc Am Thor Soc. 2006;3:103–110.
  4. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007.Jakarta.
  5. Strategic approach for the strengthening of laboratory services for tuberculosis control, 2006-2009. Geneva: WHO;   2006   (WHO/HTM/TB/ 2006.364).
  6. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. International standards for tuberculosis care (ISTC). The Hague: TB Coalition for Technical Assistance; 2006.
  7. Unicef/WHO. Pneumonia: the forgotten killer of children. Geneva: The United Nations Children’s Fund/World Health Organization; 2006.
  8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
  9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
  10. Tores A, Menendez R, Wunderink RG. Bacterial pneumonia and lung abcess. In: Mason RJ, Ernst JD, King TE, Lazrus S, Murray JF, Nadel JA, et al, editors. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016. p.557-82.
  11. Mattila JT, Fine MJ, Limper AH, Murray PR, Chen BB, Lin PL. Pneumonia: treatment and diagnosis. Ann Am Thorac Soc. 2014;11:S189-92.
  12. Marrie TJ. Community acquired pneumonia: clinical features and outcomes. In: Marrie TJ, editor. Community-acquired pneumonia. 1st ed. Canada: Kluwer’s; 2002. p.29-33.

 

Penulis : Noerlia.,dr (Dokter Pelayanan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. Cabang Jl. Raya Ragunan No. P-3 Jakarta Selatan)

Kembali ke indeks
Customer Service
Layanan Whatsapp
SAPA PRAMITA