Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
Pemeriksaan HIGH SENSITIVE (HS) TROPONIN I untuk Deteksi Dini PENYAKIT JANTUNG
Tue, 2 Feb 2021
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah terjadinya penyempitan pembuluh darah akibat pembentukan plak aterosklerotik yang menyebabkan suplai oksigen ke jantung menjadi terganggu.
Penyumbatan pembuluh darah koroner ini dikenal dengan Sindroma Koroner Akut (SKA).
Pembentukan aterosklerosis dapat berkembang pada tingkat yang bervariasi, dimulai dari penyempitan lumen yang dapat berkembang menjadi penyumbatan total yang terjadi secara mendadak. Penyumbatan total mendadak dapat terjadi akibat ruptur plak non-stenotik sehingga membentuk trombosis, pada akhirnya menyebabkan penurunan suplai darah yang membawa oksigen ke jantung.
Sindrom Koroner Akut (SKA) mencakup angina tidak stabil dan Infark Miokard Akut (IMA). Membedakan nyeri dada akibat SKA dengan penyebab lain merupakan tantangan. Diagnosis IMA berdasar atas minimal 2 dari gejala Iskemia, yaitu perubahan Elektrokardiografi (EKG) dan peningkatan petanda jantung dalam serum.
Pemeriksaan secara deteksi dini sebaiknya dilakukan oleh mereka yang memiliki faktor risiko terkena penyakit jantung koroner. Faktor risiko yang paling umum di antaranya adalah pria usia ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun, penderita hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, obesitas dan para perokok, serta bisa juga untuk pasien yang tanpa gejala sekalipun.
High-Sensitive Troponin merupakan biomarker yang sangat sensitif dan spesifik pada nekrosis miokardium serta telah digunakan untuk mendiagnosis infark miokard akut. Troponin Jantung (cTnT dan cTnI) merupakan petanda diagnosis yang lebih disukai, karena dapat mendeteksi mikroinfark yang meningkat sampai 2 minggu setelah onset gejala dan berguna sebagai petanda IMA yang sudah lama serta berguna untuk menentukan stratifikasi risiko terjadinya SKA. Peningkatan kadar troponin berkaitan dengan peningkatan risiko kematian dan terjadinya IMA.
Kadar Troponin T mulai meningkat 3-5 jam setelah jejas dan tetap meningkat selama 14-21 hari, sedangkan Kadar Troponin I mulai meningkat 3 jam setelah terjadi jejas dan tetap meningkat selama 5-7 hari. Kadar kedua Troponin mencapai puncak 12- 24 jam setelah jejas. Troponin T ditemukan pada otot skeletal dan jantung selama pertumbuhan janin, sedangkan Troponin I hanya petanda terhadap jejas miokard, tidak ditemukan pada otot skeletal selama pertumbuhan janin. Troponin I sangat spesifik terhadap jaringan miokard, tidak terdeteksi dalam darah orang sehat dan menunjukkan peningkatan yang tinggi di atas batas atas pada pasien dengan IMA. Adanya Troponin I dalam serum menunjukkan telah terjadi kerusakan miokard. Troponin I mempunyai sensitivitas 100% pada 6 jam setelah IMA. Troponin I adalah petanda biokimia IMA yang ideal oleh karena sensitivitas dan spesifisitasnya. Spesifisitas Troponin I terutama sangat membantu dalam mendiagnosis pasien dengan problem fisik yang kompleks. Kekurangan Troponin I adalah lama dalam serum, sehingga dapat menyulitkan menentukan adanya re-infark, tetapi dari sudut lain adanya peningkatan yang lama ini, berguna untuk mendeteksi infark miokard jika pasien masuk rumah sakit beberapa hari setelah onset nyeri dada.
Pada saat ini telah tersedia assay Tropononin I dalam bentuk High Sensitivity, sehingga dapat mengukur kadar Troponin I dalam kadar yang rendah sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya infark miokard meskipun orang tersebut tampaknya sehat.
Penulis : S.M. Susianna, dr, Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik Pramita Jl. Martadinata No. 135 Bandung)
Penyumbatan pembuluh darah koroner ini dikenal dengan Sindroma Koroner Akut (SKA).
Pembentukan aterosklerosis dapat berkembang pada tingkat yang bervariasi, dimulai dari penyempitan lumen yang dapat berkembang menjadi penyumbatan total yang terjadi secara mendadak. Penyumbatan total mendadak dapat terjadi akibat ruptur plak non-stenotik sehingga membentuk trombosis, pada akhirnya menyebabkan penurunan suplai darah yang membawa oksigen ke jantung.
Sindrom Koroner Akut (SKA) mencakup angina tidak stabil dan Infark Miokard Akut (IMA). Membedakan nyeri dada akibat SKA dengan penyebab lain merupakan tantangan. Diagnosis IMA berdasar atas minimal 2 dari gejala Iskemia, yaitu perubahan Elektrokardiografi (EKG) dan peningkatan petanda jantung dalam serum.
Pemeriksaan secara deteksi dini sebaiknya dilakukan oleh mereka yang memiliki faktor risiko terkena penyakit jantung koroner. Faktor risiko yang paling umum di antaranya adalah pria usia ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun, penderita hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, obesitas dan para perokok, serta bisa juga untuk pasien yang tanpa gejala sekalipun.
High-Sensitive Troponin merupakan biomarker yang sangat sensitif dan spesifik pada nekrosis miokardium serta telah digunakan untuk mendiagnosis infark miokard akut. Troponin Jantung (cTnT dan cTnI) merupakan petanda diagnosis yang lebih disukai, karena dapat mendeteksi mikroinfark yang meningkat sampai 2 minggu setelah onset gejala dan berguna sebagai petanda IMA yang sudah lama serta berguna untuk menentukan stratifikasi risiko terjadinya SKA. Peningkatan kadar troponin berkaitan dengan peningkatan risiko kematian dan terjadinya IMA.
Kadar Troponin T mulai meningkat 3-5 jam setelah jejas dan tetap meningkat selama 14-21 hari, sedangkan Kadar Troponin I mulai meningkat 3 jam setelah terjadi jejas dan tetap meningkat selama 5-7 hari. Kadar kedua Troponin mencapai puncak 12- 24 jam setelah jejas. Troponin T ditemukan pada otot skeletal dan jantung selama pertumbuhan janin, sedangkan Troponin I hanya petanda terhadap jejas miokard, tidak ditemukan pada otot skeletal selama pertumbuhan janin. Troponin I sangat spesifik terhadap jaringan miokard, tidak terdeteksi dalam darah orang sehat dan menunjukkan peningkatan yang tinggi di atas batas atas pada pasien dengan IMA. Adanya Troponin I dalam serum menunjukkan telah terjadi kerusakan miokard. Troponin I mempunyai sensitivitas 100% pada 6 jam setelah IMA. Troponin I adalah petanda biokimia IMA yang ideal oleh karena sensitivitas dan spesifisitasnya. Spesifisitas Troponin I terutama sangat membantu dalam mendiagnosis pasien dengan problem fisik yang kompleks. Kekurangan Troponin I adalah lama dalam serum, sehingga dapat menyulitkan menentukan adanya re-infark, tetapi dari sudut lain adanya peningkatan yang lama ini, berguna untuk mendeteksi infark miokard jika pasien masuk rumah sakit beberapa hari setelah onset nyeri dada.
Pada saat ini telah tersedia assay Tropononin I dalam bentuk High Sensitivity, sehingga dapat mengukur kadar Troponin I dalam kadar yang rendah sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya infark miokard meskipun orang tersebut tampaknya sehat.
Penulis : S.M. Susianna, dr, Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik Pramita Jl. Martadinata No. 135 Bandung)