Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
PEMERIKSAAN DEMAM BERDARAH
Wed, 19 Jan 2022
Infeksi Dengue menimbulkan penyakit demam dengue atau demam berdarah dengue.
Perbedaan utama demam dengue dan demam berdarah dengue adalah timbulnya renjatan
pada demam berdarah dengue akibat kebocoran plasma.
Kriteria diagnosis infeksi dengue dibagi 2 (dua) :
- Kriteria diagnosis klinis dan
- Kriteria diagnosis laboratoris.
▪Kriteria diagnosis klinis penting dalam penapisan kasus, tata laksana kasus, memperkirakan prognosis kasus, dan surveilans.
▪Kriteria diagnosis laboratoris yaitu kriteria diagnosis dengan konfirmasi laboratorium yang penting dalam pelaporan, surveilans, penelitian dan langkah-langkah tindakan preventif dan promotif.
Manifestasi klinis infeksi dengue sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari penyakit infeksi lain terutama pada fase awal perjalanan penyakit. Dengan meningkatnya kewaspadaan masyarakat terhadap infeksi dengue, tidak jarang pasien demam dibawa berobat pada fase awal penyakit, bahkan pada hari pertama demam. Sisi baik dari kewaspadaan ini adalah pasien demam berdarah dengue dapat diketahui dan memperoleh pengobatan pada fase dini, namun di sisi lain pada fase ini sangat sulit bagi tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue hanya berdasarkan gejala klinis, oleh karena itu diperlukan petunjuk yaitu berupa tanda dan gejala klinis serta pemeriksaan laboratorium rutin.
Kriteria Diagnosis Laboratoris infeksi dengue baik demam dengue, demam berdarah dengue maupun expanded dengue syndrom terdiri atas :
1. Probable; apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi antidengue (deteksi antibodi) IgM dan IgG anti DHF serum tunggal dan atau penderita bertempat tinggal/ pernah berkunjung ke daerah endemis DBD dalam kurun waktu masa inkubasi.
2. Confirmed; apabila diagnosis klinis diperkuat dengan sekurang-kurangnya salah satu pemeriksaan berikut:
• Isolasi virus Dengue dari serum atau sampel otopsi.
• Pemeriksaan HI Test dimana terdapat peningkatan titer antibodi 4 kali pada pasangan serum akut dan konvalesen atau peningkatan antibodi IgM spesifik untuk virus dengue
• Positif antigen virus Dengue pada pemeriksaan otopsi jaringan, serum atau cairan serebrospinal (LCS) dengan metode immunohistochemistry, immunofluoressence atau serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif menjadi positif) pada pemeriksaan serologi berpasangan (ELISA)
• Positif pemeriksaan antigen dengue dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) atau pemeriksaan NS1 dengue.
Untuk memantau perjalanan penyakit infeksi dengue pada penderita ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium antara lain:
• Pemeriksaan Hematologi:
Dapat ditemukan jumlah leukosit normal atau menurun, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil, peningkatan jumlah sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB) > 4% di darah tepi yang biasanya dijumpai pada hari sakit ketiga sampai hari ke tujuh, jumlah trombosit pada fase awal masih dalam batas normal, jumlah trombosit ≤100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit.
Pemeriksaan trombosit perlu diulang setiap 4-6 jam pada fase kritis sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau keadaan klinis penderita sudah membaik. Hematokrit, peningkatan nilai hematokrit menggambarkan adanya kebocoran pembuluh darah. Penilaian hematokrit ini, merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala.
Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsertrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya nilai hematokrit dari 35% menjadi 42%), mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Pemeriksaan hematologi ini harus dilakukan secara serial.
• Pemeriksaan serologis,
Antibodi pada penderita terinfeksi virus Dengue.
a. Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test) Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold standard). Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum) dimana spesimen harus diambil pada fase akut dan fase konvalensen (penyembuhan), sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat. Pemeriksaan Hemaglutinasi Inhibisi (HI) sudah tidak dilakukan pada saat ini.
b. ELISA (IgM/IgG), Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunderpp dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut sehingga hasil cepat didapat. Saat ini tersedia Dengue Rapid Test (misalnya Dengue Rapid Strip Test). Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan pppppantibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yangpppp lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 – 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5–10 demam.
c. Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Dengue Rapid Test dalam mendiagnosis infeksi virus primer dan sekunder melalui penentuan cut-off kadar IgM dan IgG dimana cut-off IgM ditentukan untuk dapat mendeteksi antibodi IgM yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue primer dan sekunder, sedangkan cut off antibodi IgG ditentukan hanya mendeteksi antibodi kadar tinggi yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue sekunder (biasanya IgG ini mulai terdeteksi pada hari ke-2 demam) dan disetarakan dengan titer HI > 1:2560 (tes HI sekunder) sesuai standar WHO.
Hanya respons antibodi IgG infeksi sekunder aktif saja yang dideteksi, sedangkan IgG infeksi primer atau infeksi masa lalu tidak dideteksi. Pada infeksi primer IgG muncul pada setelah hari ke-14, namun pada infeksi sekunder IgG timbul pada hari ke-2. Interpretasi hasil adalah apabila garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa garis IgG, maka Positif Infeksi Dengue Primer (DD). Sedangkan apabila muncul tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan sebagai Positif Infeksi Sekunder (DBD).
Beberapa kasus dengue sekunder tidak muncul garis IgM, jadi hanya muncul garis kontrol dan IgG saja. Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya garis kontrol yang terlihat. Ulangi pemeriksaan dalam 2-3 hari lagi apabila gejala klinis kearah DBD. Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila garis kontrol tidak terlihat dan hanya terlihat garis pada IgM dan/atau IgG saja.
d. Pemeriksaan antigen NS-1 dengue,
dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue.
Penulis : S.M.Susianna.,dr.,Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. Martadinata No. 135 Bandung)
Perbedaan utama demam dengue dan demam berdarah dengue adalah timbulnya renjatan
pada demam berdarah dengue akibat kebocoran plasma.
Kriteria diagnosis infeksi dengue dibagi 2 (dua) :
- Kriteria diagnosis klinis dan
- Kriteria diagnosis laboratoris.
▪Kriteria diagnosis klinis penting dalam penapisan kasus, tata laksana kasus, memperkirakan prognosis kasus, dan surveilans.
▪Kriteria diagnosis laboratoris yaitu kriteria diagnosis dengan konfirmasi laboratorium yang penting dalam pelaporan, surveilans, penelitian dan langkah-langkah tindakan preventif dan promotif.
Manifestasi klinis infeksi dengue sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari penyakit infeksi lain terutama pada fase awal perjalanan penyakit. Dengan meningkatnya kewaspadaan masyarakat terhadap infeksi dengue, tidak jarang pasien demam dibawa berobat pada fase awal penyakit, bahkan pada hari pertama demam. Sisi baik dari kewaspadaan ini adalah pasien demam berdarah dengue dapat diketahui dan memperoleh pengobatan pada fase dini, namun di sisi lain pada fase ini sangat sulit bagi tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue hanya berdasarkan gejala klinis, oleh karena itu diperlukan petunjuk yaitu berupa tanda dan gejala klinis serta pemeriksaan laboratorium rutin.
Kriteria Diagnosis Laboratoris infeksi dengue baik demam dengue, demam berdarah dengue maupun expanded dengue syndrom terdiri atas :
1. Probable; apabila diagnosis klinis diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi antidengue (deteksi antibodi) IgM dan IgG anti DHF serum tunggal dan atau penderita bertempat tinggal/ pernah berkunjung ke daerah endemis DBD dalam kurun waktu masa inkubasi.
2. Confirmed; apabila diagnosis klinis diperkuat dengan sekurang-kurangnya salah satu pemeriksaan berikut:
• Isolasi virus Dengue dari serum atau sampel otopsi.
• Pemeriksaan HI Test dimana terdapat peningkatan titer antibodi 4 kali pada pasangan serum akut dan konvalesen atau peningkatan antibodi IgM spesifik untuk virus dengue
• Positif antigen virus Dengue pada pemeriksaan otopsi jaringan, serum atau cairan serebrospinal (LCS) dengan metode immunohistochemistry, immunofluoressence atau serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif menjadi positif) pada pemeriksaan serologi berpasangan (ELISA)
• Positif pemeriksaan antigen dengue dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) atau pemeriksaan NS1 dengue.
Untuk memantau perjalanan penyakit infeksi dengue pada penderita ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium antara lain:
• Pemeriksaan Hematologi:
Dapat ditemukan jumlah leukosit normal atau menurun, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil, peningkatan jumlah sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB) > 4% di darah tepi yang biasanya dijumpai pada hari sakit ketiga sampai hari ke tujuh, jumlah trombosit pada fase awal masih dalam batas normal, jumlah trombosit ≤100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit.
Pemeriksaan trombosit perlu diulang setiap 4-6 jam pada fase kritis sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau keadaan klinis penderita sudah membaik. Hematokrit, peningkatan nilai hematokrit menggambarkan adanya kebocoran pembuluh darah. Penilaian hematokrit ini, merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala.
Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsertrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya nilai hematokrit dari 35% menjadi 42%), mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Pemeriksaan hematologi ini harus dilakukan secara serial.
• Pemeriksaan serologis,
Antibodi pada penderita terinfeksi virus Dengue.
a. Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test) Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold standard). Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum) dimana spesimen harus diambil pada fase akut dan fase konvalensen (penyembuhan), sehingga tidak dapat memberikan hasil yang cepat. Pemeriksaan Hemaglutinasi Inhibisi (HI) sudah tidak dilakukan pada saat ini.
b. ELISA (IgM/IgG), Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunderpp dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut sehingga hasil cepat didapat. Saat ini tersedia Dengue Rapid Test (misalnya Dengue Rapid Strip Test). Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan pppppantibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yangpppp lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 – 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5–10 demam.
c. Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Dengue Rapid Test dalam mendiagnosis infeksi virus primer dan sekunder melalui penentuan cut-off kadar IgM dan IgG dimana cut-off IgM ditentukan untuk dapat mendeteksi antibodi IgM yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue primer dan sekunder, sedangkan cut off antibodi IgG ditentukan hanya mendeteksi antibodi kadar tinggi yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue sekunder (biasanya IgG ini mulai terdeteksi pada hari ke-2 demam) dan disetarakan dengan titer HI > 1:2560 (tes HI sekunder) sesuai standar WHO.
Hanya respons antibodi IgG infeksi sekunder aktif saja yang dideteksi, sedangkan IgG infeksi primer atau infeksi masa lalu tidak dideteksi. Pada infeksi primer IgG muncul pada setelah hari ke-14, namun pada infeksi sekunder IgG timbul pada hari ke-2. Interpretasi hasil adalah apabila garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa garis IgG, maka Positif Infeksi Dengue Primer (DD). Sedangkan apabila muncul tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan sebagai Positif Infeksi Sekunder (DBD).
Beberapa kasus dengue sekunder tidak muncul garis IgM, jadi hanya muncul garis kontrol dan IgG saja. Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya garis kontrol yang terlihat. Ulangi pemeriksaan dalam 2-3 hari lagi apabila gejala klinis kearah DBD. Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila garis kontrol tidak terlihat dan hanya terlihat garis pada IgM dan/atau IgG saja.
d. Pemeriksaan antigen NS-1 dengue,
dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue.
Penulis : S.M.Susianna.,dr.,Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Klinik PRAMITA Cabang Jl. Martadinata No. 135 Bandung)