Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
PANEL PEMERIKSAAN PADA STROKE
Thu, 10 Nov 2022
Diagnosis stroke dapat diawali dengan anamnesis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang laboratorium dan non laboratorium.
Melakukan anamnesis untuk mengetahui faktor-faktor risiko, kejadian sebelum stroke - riwayat trauma - onset. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan GCS (kesadaran), pemeriksaan tekanan darah, detak jantung, nadi dan pemeriksaan neurologis.
Untuk mendiagnosis dibutuhkan pemeriksan penunjang laboratorium dan non laboratorium seperti : pemeriksaan CT-Scan (tes ini menggunakan sinar X untuk menghasilkan gambaran lebih rinci dari otak, mengetahui lokasi perdarahan, seberapa besar kerusakan jaringan otak).
PANEL PEMERIKSAAN STROKE
Untuk mengetahui risiko terjadinya stroke dilakukan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:
a. Panel Pemeriksaan Laboratorium
1. Hematologi Lengkap
2. Faktor Pembekuan Darah (PT-INR, APTT)
3. Tes Agregasi Trombosit
4. Profil Lemak
5. Glukosa Darah
6. Elektrolit Darah
b. Panel Pemeriksaan Non Laboratorium
1. ECG
2. Foto Thorax dapat melihat keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran jantung yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronik pada penderita stroke.
3.Pemeriksaan Trans Cranial Doppler (TCD)
Salah satu pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi aliran pembuluh darah khususnya pada area kepala dan otak.
Cara kerja Trans Cranial Dopler mirip seperti alat USG (ultrasonografi) tidak menggunakan radiasi sehingga dapat dilakukan secara berkali-kali untuk memonitoring tanpa memberikan efek samping berbahaya pada tubuh.
Metode Trans Cranial ini memiliki kelebihan yaitu prosedur menggunakan teknik non invasif sehingga pasien tidak akan merasakan ketidaknyamanan saat dilakukan pemeriksaan. Pasien dapat berbaring atau duduk di kursi. Pasien juga akan tetap sadar selama menjalani tindakan ini. Pemeriksaan ini tidak memerlukan penggunaan zat kontras yg memiliki efek samping seperti alergi.
Indikasi pemeriksaan trans cranial dopler pada umumnya untuk melihat kondisi stroke. Hal ini disebabkan oleh keakuratan informasi yg diberikan oleh trans cranial dopler untuk memahami stroke yg terjadi pada seseorang sehingga pencegahan, pengobatan dan penjelasan prognosis bisa dilakukan.
Kegunaan pemeriksaan Trans Cranial Dopler (TCD):
• Dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan aliran darah karena stenosis atau sumbatan pembuluh darah
• Dapat mendeteksi emboli, spasme pembuluh darah
• Dapat mengetahui kemungkinan terjadinya stroke dan mengevaluasi hasil terapi pasca stroke
• Dapat membantu menilai risiko terjadinya stroke pada pasien dengan faktor risiko tinggi seperti hipertensi, dislipidemia (kolesterol tinggi), obesitas, penyakit jantung, diabetes.
• Dapat menjadi penunjang alat diagnosis lainnya seperti CT Scan, MRI
• Dapat mendeteksi kematian otak.
Siapa saja yang sebaiknya melakukan pemeriksaan Trans Cranial Dopler (TCD)?
• Penderita dengan Dislipidemia (kadar kolesterol tinggi) karena kolesterol atau trigliserida yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyempitan yang terjadi akibat timbunan plak pada dinding arteri
• Penyakit Kardiovaskuler
• Penderita Diabetes
• Penderita Hipertensi
• Anemia Sel Sabit karena anemia jenis ini mengurangi jumlah sel darah merah yang membawa oksigen sehingga dapat menyumbat pembuluh darah
• Trauma pada otak misalnya akibat kecelakaan atau kekerasan sehingga terjadi perdarahan pada otak.
REFERENSI
Malani PN. Harrison’s principles of internal medicine. JAMA. 2012 Nov 7; 308 (17)
Vilela P. Acute Stroke Differential Diagnosis : Stroke mimics. European Journal of radiology. 2017 Nov 1; 96:133
Sutanto. CEKAL (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2010
Misbach J. Guideline Stroke Taun 2011. PERDOSSI: Jakarta; 2011
American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommitte. Heart disease and stroke statistics-2016 update; a report form the American Heart Association. Circulation. 2016.
Matta B, Czosnyka M. Transcranial doppler ultrasonography in anesthesia and neurosurgery. Dalam Cottrell JE, Patel P, 2017 hlm131
Penulis: dr. Nirma Amalia (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Karunrung No. 9, Makassar)
Melakukan anamnesis untuk mengetahui faktor-faktor risiko, kejadian sebelum stroke - riwayat trauma - onset. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan GCS (kesadaran), pemeriksaan tekanan darah, detak jantung, nadi dan pemeriksaan neurologis.
Untuk mendiagnosis dibutuhkan pemeriksan penunjang laboratorium dan non laboratorium seperti : pemeriksaan CT-Scan (tes ini menggunakan sinar X untuk menghasilkan gambaran lebih rinci dari otak, mengetahui lokasi perdarahan, seberapa besar kerusakan jaringan otak).
PANEL PEMERIKSAAN STROKE
Untuk mengetahui risiko terjadinya stroke dilakukan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:
a. Panel Pemeriksaan Laboratorium
1. Hematologi Lengkap
2. Faktor Pembekuan Darah (PT-INR, APTT)
3. Tes Agregasi Trombosit
4. Profil Lemak
5. Glukosa Darah
6. Elektrolit Darah
b. Panel Pemeriksaan Non Laboratorium
1. ECG
2. Foto Thorax dapat melihat keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran jantung yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronik pada penderita stroke.
3.Pemeriksaan Trans Cranial Doppler (TCD)
Salah satu pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi aliran pembuluh darah khususnya pada area kepala dan otak.
Cara kerja Trans Cranial Dopler mirip seperti alat USG (ultrasonografi) tidak menggunakan radiasi sehingga dapat dilakukan secara berkali-kali untuk memonitoring tanpa memberikan efek samping berbahaya pada tubuh.
Metode Trans Cranial ini memiliki kelebihan yaitu prosedur menggunakan teknik non invasif sehingga pasien tidak akan merasakan ketidaknyamanan saat dilakukan pemeriksaan. Pasien dapat berbaring atau duduk di kursi. Pasien juga akan tetap sadar selama menjalani tindakan ini. Pemeriksaan ini tidak memerlukan penggunaan zat kontras yg memiliki efek samping seperti alergi.
Indikasi pemeriksaan trans cranial dopler pada umumnya untuk melihat kondisi stroke. Hal ini disebabkan oleh keakuratan informasi yg diberikan oleh trans cranial dopler untuk memahami stroke yg terjadi pada seseorang sehingga pencegahan, pengobatan dan penjelasan prognosis bisa dilakukan.
Kegunaan pemeriksaan Trans Cranial Dopler (TCD):
• Dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan aliran darah karena stenosis atau sumbatan pembuluh darah
• Dapat mendeteksi emboli, spasme pembuluh darah
• Dapat mengetahui kemungkinan terjadinya stroke dan mengevaluasi hasil terapi pasca stroke
• Dapat membantu menilai risiko terjadinya stroke pada pasien dengan faktor risiko tinggi seperti hipertensi, dislipidemia (kolesterol tinggi), obesitas, penyakit jantung, diabetes.
• Dapat menjadi penunjang alat diagnosis lainnya seperti CT Scan, MRI
• Dapat mendeteksi kematian otak.
Siapa saja yang sebaiknya melakukan pemeriksaan Trans Cranial Dopler (TCD)?
• Penderita dengan Dislipidemia (kadar kolesterol tinggi) karena kolesterol atau trigliserida yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyempitan yang terjadi akibat timbunan plak pada dinding arteri
• Penyakit Kardiovaskuler
• Penderita Diabetes
• Penderita Hipertensi
• Anemia Sel Sabit karena anemia jenis ini mengurangi jumlah sel darah merah yang membawa oksigen sehingga dapat menyumbat pembuluh darah
• Trauma pada otak misalnya akibat kecelakaan atau kekerasan sehingga terjadi perdarahan pada otak.
REFERENSI
Malani PN. Harrison’s principles of internal medicine. JAMA. 2012 Nov 7; 308 (17)
Vilela P. Acute Stroke Differential Diagnosis : Stroke mimics. European Journal of radiology. 2017 Nov 1; 96:133
Sutanto. CEKAL (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit Andi; 2010
Misbach J. Guideline Stroke Taun 2011. PERDOSSI: Jakarta; 2011
American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommitte. Heart disease and stroke statistics-2016 update; a report form the American Heart Association. Circulation. 2016.
Matta B, Czosnyka M. Transcranial doppler ultrasonography in anesthesia and neurosurgery. Dalam Cottrell JE, Patel P, 2017 hlm131
Penulis: dr. Nirma Amalia (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Karunrung No. 9, Makassar)