Inspirasi Sehat
PANEL PEMERIKSAAN HIV & AIDS
Wed, 29 Nov 2023HIV (Human Immunodeficency Virus) adalah virus yang menyerang / merusak sistem kekebalan (imunitas) tubuh sehingga kemampuan tubuh menjadi lemah melawan infeksi / penyakit.
HIV test dapat dilakukan pada seseorang dengan indikasi , sebagai berikut :
1. Setiap orang dewasa, anak, remaja dengan kondisi medis yg diduga terjadi infeksi HIV, terutama dengan riwayat Tuberkulosis (TB) dan penyakit kelamin.
2. Asuhan antenatal pada ibu Hamil & ibu bersalin
3. Bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi HIV
4. Anak yang riwayat keluarganya tidak diketahui
5. Terpajan atau berpotensi infeksi HIV melalui jarum suntik yg terkontaminasi, menerima transfusi berulang & sebab lainnya
6. Pasangan ODHA.
Selain hasil pemeriksaan fisik dan keluhan subyektif yang dialami orang yang terinfeksi HIV atau ODHA, pemeriksaan laboratorium berperan dalam skrining, diagnosis, perawatan dan pengobatan ODHA. Kesemuanya ini diperlukan demi membuat rencana penatalaksanaan penanganan HIV/AIDS yang tepat, sehingga virus dapat terkendali, derajat kesehatan menjadi lebih baik dan mereduksi kemungkinan terjadinya penularan virus kepada orang lain.
Untuk membantu melakukan skrining, diagnosis dan memantau derajat kesehatan ODHA serta keberhasilan pengobatan HIV, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, antara lain :
• HIV test Screening : dilakukan dengan mengambil sampel darah dan diperiksa menggunakan tiga metode pemeriksaan yang berbeda.
• Hitung CD4 : parameter untuk menilai risiko terjadinya infeksi oportunistik dan bekerjanya sistem imunitas.
• Persentase CD4 : dikatakan lebih stabil dari hitung CD4 dalam satu periode waktu. Namun hitung CD4 lebih menggambarkan kerja sistem imunitas dibandingkan dengan persentase CD4.
• HIV RNA : untuk menilai respon terhadap pengobatan HIV
• Hematologi Lengkap : pemeriksaan yang sering diminta, karena dapat mengungkap adanya infeksi, anemia dan masalah medis lainnya.
• Skrining Penyakit Menular Seksual (PMS) : skrining terhadap syphilis, gonorrhea dan chlamydia. Adanya PMS dapat meningkatkan risiko menularkan HIV pada orang lain.
• PAP smear (Cervical dan Anal) : pertumbuhan sel abnormal pada cervix (wanita) dan anus ( pria dan wanita) yang sering terjadi pada ODHA dapat berdegenerasi ganas bila tak diobati lebih dini.
• Tes Hepatitis A, B dan C : pada ODHA tak jarang terjadi co-infeksi dengan hepatitis.
• Tes Tuberculosa : pada ODHA, TBC yang tak diobati dapat berakibat fatal. Deteksi dan pengobatan TBC penting untuk mencegah penularan TBC pada orang lain.
• Skrining Toxoplasmosis : Toxoplasmosis dapat menjadi infeksi oportinistik yang berakibat fatal bagi ODHA.
• Pemeriksaan Profil Lipid (Kolesterol dan Trigliserida) : beberapa obat HIV berpengaruh pada metabolisme lipid. Kadar lipid yang tinggi cenderung menimbulkan masalah medis lain, termasuk masalah jantung.
• Kadar Glukosa Puasa : beberapa obat HIV dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan berpotensi menimbulkan komplikasi, seperti diabetes mellitus.
• Tes kehamilan : agar dapat segera dilakukan upaya untuk mengurangi risiko penularan HIV pada bayi.
Persiapan pasien dan bahan pemeriksaan.
Pasien sebelum diambil specimen darah diharapkan puasa terlebih dahulu selama 10-12 jam sebelumnya, untuk pemeriksaan papsmear dapat dilakukan mulai hari ke-3 dari haids/menstruasi hari terakhir dan 2 hari sebelumnya tidak melakukan hubungan intim terlebih dahulu. untuk jenis sampel yang dibutuhkan adalah bahan urine dan darah dari pembuluh darah vena.
Penulis : Lely nurhayati, dr (Dokter Pelayanan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA cabang Surabaya Mulyosari)