Inspirasi Sehat
Panel Pemeriksaan Hepatitis Autoimun
Wed, 26 Jul 2023Penyakit autoimun terjadi apabila sistem kekebalan tidak dapat membedakan antara sel asing dan sel tubuh normal yang mengakibatkan tubuh menyerang sel normalnya sendiri.
Penyakit autoimun tidak menular, namun bersifat kronis, dan dapat menyerang berbagai organ salah satunya Liver dengan nama penyakit Hepatitis Autoimun.
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit autoimun beragam, mulai dari ringan hingga berat. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : genetik, lingkungan maupun kondisi kesehatan tiap individu.
Untuk mendiagnosis penyakit hepatitis autoimun, diperlukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien seperti adakah riwayat obat tertentu yang sedang diminum, kebiasaan minum alkohol dan memiliki kondisi autoimun tertentu. Lalu pasien akan menjalani pemeriksaan fisik untuk tindak lanjut adakah tanda-tanda hepatitis. Pasien juga diminta menjalani serangkaian pemeriksaan penunjang baik tes laboratorium maupun elektromedis.
Pemeriksaan yang disarankan untuk memastikan diagnosis pada penderita dengan adanya indikasi penyakit Hepatitis yaitu :
• Tes Fungsi Hati
• Tes Serologi Hepatitis
• Biopsi hati untuk menentukan penyebab kerusakan jaringan hati
• USG Perut/Abdomen
Pemeriksaan Laboratorium kearah Hepatitis diantaranya meliputi :
1. Hepatitis A, saran pemeriksaan : anti HAV IgM.
2. Hepatitis B, saran pemeriksaan : panel pemeriksaan tes fungsi hati (SGPT dan SGOT), serologi HBsAg, Anti HBs, IgM Anti HBc, Anti HBc. Pada Hepatitis B kronik, HbsAg (Hepatitis B surface antigen ) positif > 6 bulan, pemeriksaan lainnya seperti HBeAg (Hepatitis B E-Antigen), Anti HBe serum, ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA (Hepatitis B virus – Deoxyribunukleic Acid) PCR.
3. Hepatitis C, diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan Anti HCV & HCV RNA PCR.
4. Hepatitis D, saran pemeriksaan : Anti HDV & IgM Anti HDV.
5. Hepatitis E, saran pemeriksaan : IgM anti HEV dan IgG anti HEV.
Berkaitan untuk penegakan diagnosis penyakit autoimun, biasanya dokter akan mengkombinasi beberapa tes, yang umum maupun spesifik, berdasarkan riwayat keluhan, gejala serta hasil pemeriksaan fisik sebelumnya.
Pemilihan jenis pemeriksaan tiap pasien pun akan berbeda sesuai dengan riwayat kesehatannya.
Pemeriksaan laboratorium umum seperti Hematologi lengkap maupun C-reactive protein (CRP) diperlukan untuk mengetahui adanya inflamasi pada tubuh seseorang.
Salah satu jenis pemeriksaan spesifik yang perlu dilakukan adalah :
ANA test (Antinuclear Antibody Test). ANA test yang positif menunjukkan bahwa seseorang memiliki salah satu jenis penyakit autoimun, namun belum dapat diketahui secara spesifik jenis penyakitnya.
Pemeriksaan laboratorium lain seperti :
• Antistreptolysin Test (ASTO) dilakukan apabila terdapat kecurigaan adanya suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus grup A
• ANTI-ds DNA untuk membantu penegakan diagnosis pada pasien dengan ANA test yang positif dan memiliki gejala serta keluhan terkait dengan SLE (Systemic Lupus Erythematosus).
• Rheumatoid Factor dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan terhadap Rheumatoid Arthritis.
Penulis: dr. Elly Widiatmaningrum (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. D.I. Panjaitan No. 7-7A, Semarang)