Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
PANEL PEMERIKSAAN ANEMIA
Thu, 11 Aug 2022
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kejadian anemia yang cukup tinggi. Anemia atau dikenal juga sebagai kurang darah adalah kondisi dimana sel darah merah (hemoglobin) yang bertugas mengikat oksigen memiliki jumlah yang kurang atau tidak mampu berfungsi dengan baik. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh akan kurang asupan oksigen. Sayangnya, beberapa orang seringkali tidak menyadari apakah sedang mengalami anemia atau tidak. Gejala yang dirasakan pun seringkali tidak disadari sampai pada akhirnya baru diketahui bahwa kondisi anemia sudah berat. Pemeriksaan secara dini perlu dilakukan agar kita bisa mengetahui status kesehatan kita seperti apa.
Diagnosis anemia dapat ditegakkan melalui beberapa langkah, antara lain :
1. Anamnesis
Hal ini bisa diketahui dari keluhan atau gejala apa saja yang diutarakan pasien. Gejala anemia yang umum dirasakan antara lain badan lemas dan sering sakit kepala, sering mengantuk, kulit tampak pucat atau kekuningan, detak jantung tidak teratur, dingin di tangan dan kaki, dan nafas pendek. Bila menemui keluhan ini pada pasien, kita patut mencurigai salah satu penyebabnya adalah anemia. Melalui anamnesa kita juga bisa menanyakan apakah pasien memiliki riwayat anemia sebelumnya, apakah ada riwayat perdarahan, atau ada keluarga yang memiliki riwayat anemia atau kelainan sel darah merah.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda yang dapat ditemui antara lain warna kulit pucat, konjungtiva anemis, mukosa mulut tampak pucat, peningkatan frekuensi nafas, peningkatan detak jantung dan gangguan irama jantung, pembesaran organ limpa (spleenomegali), dan bagian akral tampak pucat.
3. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah (eritrosit), hematokrit, hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC. Nilai hemoglobin normal pada orang dewasa adalah 14-18 g/dL untuk pria dan 12-16 g/dL untuk wanita. Nilai hematokrit normal pada orang dewasa bervariasi antara 40-52% untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Untuk kadar MCV, MCH, dan MCHC digunakan untuk membantu menentukan diagnosis berdasarkan penyebab anemia. Kadar MCV normal adalah 80-100 fL. Kadar MCH normal adalah 26-34 pg/cell. Kadar MCHC normal adalah 32-36 g/dL. Kadar MCV, MCH, MCHC yang menurun bisa dijumpai pada Anemia Defisiensi Besi atau Thalasemia. Sedangkan bila ditemukan peningkatan, maka bisa menjadi indikasi adanya Anemia Hemolitik atau Anemia defisiensi B12 dan Asam folat.
4. Pemeriksaan Apusan Darah dan Differensial
Bila dari hasil darah lengkap menunjukkan anemia, maka tes ini dilakukan sebagai tes lanjutan untuk menghitung sel darah merah lebih rinci. Hasil tes tersebut dapat memberikan informasi tambahan untuk diagnosis anemia, seperti bentuk sel darah merah dan adanya sel abnormal, yang dapat membantu mendiagnosis dan membedakan jenis anemia.
5. Pemeriksaan Retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih berkembang atau belum matang. Kadar normalnya adalah sekitar 1% dalam eritrosit. Peningkatan kadar retikulosit biasanya ditemukan pada anemia yang disebabkan perdarahan baik akut maupun kronis atau pada anemia hemolitik. Sedangkan penurunan retikulosit biasanya menandakan adanya masalah pada proses produksi sel tersebut, misalnya pada Anemia Aplastik.
6. Pemeriksaan Retikulosit Hemoglobin (Ret-He)
Digunakan untuk melihat adanya perubahan kadar hemoglobin dan jumlah dari retikulosit, yang sangat bermanfaat untuk melihat keberhasilan terapi dalam pasien anemia.
7. Pemeriksaan penunjang anemia lainnya
Hal ini bertujuan untuk menentukan penyebab dari anemia yang terjadi. Misalnya pada Anemia Aplastik, perlu dilakukan pemeriksaan sumsum tulang untuk memperkuat diagnosa. Atau pada Anemia Defisiensi Besi, perlu dilakukan pemeriksaan profil zat besi untuk memastikan seberapa parah tingkat defisiensinya.
Bila pemeriksaan penunjang sudah dilakukan dan diagnosa sudah ditegakkan, maka bisa melakukan pengobatan sesuai dengan penyebabnya masing-masing agar kondisi anemia bisa teratasi.
Penulis: dr. A.A.Ayu Trisna P.W.S (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Cik Ditiro No. 17, Yogyakarta)
Diagnosis anemia dapat ditegakkan melalui beberapa langkah, antara lain :
1. Anamnesis
Hal ini bisa diketahui dari keluhan atau gejala apa saja yang diutarakan pasien. Gejala anemia yang umum dirasakan antara lain badan lemas dan sering sakit kepala, sering mengantuk, kulit tampak pucat atau kekuningan, detak jantung tidak teratur, dingin di tangan dan kaki, dan nafas pendek. Bila menemui keluhan ini pada pasien, kita patut mencurigai salah satu penyebabnya adalah anemia. Melalui anamnesa kita juga bisa menanyakan apakah pasien memiliki riwayat anemia sebelumnya, apakah ada riwayat perdarahan, atau ada keluarga yang memiliki riwayat anemia atau kelainan sel darah merah.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda yang dapat ditemui antara lain warna kulit pucat, konjungtiva anemis, mukosa mulut tampak pucat, peningkatan frekuensi nafas, peningkatan detak jantung dan gangguan irama jantung, pembesaran organ limpa (spleenomegali), dan bagian akral tampak pucat.
3. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah (eritrosit), hematokrit, hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC. Nilai hemoglobin normal pada orang dewasa adalah 14-18 g/dL untuk pria dan 12-16 g/dL untuk wanita. Nilai hematokrit normal pada orang dewasa bervariasi antara 40-52% untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Untuk kadar MCV, MCH, dan MCHC digunakan untuk membantu menentukan diagnosis berdasarkan penyebab anemia. Kadar MCV normal adalah 80-100 fL. Kadar MCH normal adalah 26-34 pg/cell. Kadar MCHC normal adalah 32-36 g/dL. Kadar MCV, MCH, MCHC yang menurun bisa dijumpai pada Anemia Defisiensi Besi atau Thalasemia. Sedangkan bila ditemukan peningkatan, maka bisa menjadi indikasi adanya Anemia Hemolitik atau Anemia defisiensi B12 dan Asam folat.
4. Pemeriksaan Apusan Darah dan Differensial
Bila dari hasil darah lengkap menunjukkan anemia, maka tes ini dilakukan sebagai tes lanjutan untuk menghitung sel darah merah lebih rinci. Hasil tes tersebut dapat memberikan informasi tambahan untuk diagnosis anemia, seperti bentuk sel darah merah dan adanya sel abnormal, yang dapat membantu mendiagnosis dan membedakan jenis anemia.
5. Pemeriksaan Retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih berkembang atau belum matang. Kadar normalnya adalah sekitar 1% dalam eritrosit. Peningkatan kadar retikulosit biasanya ditemukan pada anemia yang disebabkan perdarahan baik akut maupun kronis atau pada anemia hemolitik. Sedangkan penurunan retikulosit biasanya menandakan adanya masalah pada proses produksi sel tersebut, misalnya pada Anemia Aplastik.
6. Pemeriksaan Retikulosit Hemoglobin (Ret-He)
Digunakan untuk melihat adanya perubahan kadar hemoglobin dan jumlah dari retikulosit, yang sangat bermanfaat untuk melihat keberhasilan terapi dalam pasien anemia.
7. Pemeriksaan penunjang anemia lainnya
Hal ini bertujuan untuk menentukan penyebab dari anemia yang terjadi. Misalnya pada Anemia Aplastik, perlu dilakukan pemeriksaan sumsum tulang untuk memperkuat diagnosa. Atau pada Anemia Defisiensi Besi, perlu dilakukan pemeriksaan profil zat besi untuk memastikan seberapa parah tingkat defisiensinya.
Bila pemeriksaan penunjang sudah dilakukan dan diagnosa sudah ditegakkan, maka bisa melakukan pengobatan sesuai dengan penyebabnya masing-masing agar kondisi anemia bisa teratasi.
Penulis: dr. A.A.Ayu Trisna P.W.S (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Cik Ditiro No. 17, Yogyakarta)