Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
KENALI APA ITU DISFUNGSI SEKSUAL
Wed, 29 Jun 2022
Disfungsi seksual adalah ketidakmampuan individu / seseorang melaksanakan senggama sebagaimana diharapkan, dikarenakan kegagalan respons fisiologis yang diperlukan untuk interaksi seksual yang efektif atau ketidakmampuan dalam mengendalikan atau mengalami orgasme. Disfungsi seksual bisa didapati pada laki – laki maupun perempuan, pada suami istri bisa pula pada kedua suami istri bersamaan sebagai sebab akibat.
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III, disfungsi seksual dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Kurang atau Hilangnya Nafsu Seksual
Hilangnya nafsu seksual merupakan masalah utama dan tidak merupakan gangguan sekunder dari kesulitan seksual lainnya, seperti kegagalan ereksi atau disareunia. Berkurangnya nafsu seksual tidak menyingkirkan kenikmatan atau gairah seksual, tetapi menyebabkan berkurangnya aktivitas awal seksual.
Gangguan ini termasuk juga gangguan hasrat seksual hipoaktif yang ditandai dengan defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk melakukan aktifitas seksual. Gangguan hasrat seksual hipoaktif lazim ditemukan dari pada gangguan keengganan seksual, dan sering terjadi pada perempuan dibanding laki – laki.
2. Penolakan dan Kurangnya kenikmatan Seksual
Penolakan apabila berhubungan seksual disertai oleh perasaan negatif, yang menimbulkan perasaan takut dan cemas sehingga aktifitas seksual dihindari. Sedangkan kurangnya kenikmatan seksual, meskipun hubungan seksual berjalan normal, orgasme tetap bisa dicapai akan tetapi hal tersebut tidak mendatangkan kenikmatan.
Biasanya lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki – laki.
3. Kegagalan respon genital
Pada laki – laki, masalah utama adalah disfungsi ereksi, sepertim kesulitan untuk terjadinya atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk senggama yang memuaskan. Bila ereksi terjadi normal pada situasi tertentu, misalnya selama masturbasi atau diwaktu tidur, maka biasanya penyebabnya adalah psikogenik. Pada perempuan, masalah utama adalah kekeringan vagina atau kegagalan pelicinan. Penyebabnya dapat psikogenik atau patologis atau kekurangan hormon estrogen.
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan pria untuk memperoleh ereksi dan atau mempertahankan ereksi hingga koitus selesai. Gangguan ini dahulu disebut impotensi. Seorang laki–laki dengan gangguan ereksi seumur hidup tidak pernah mampu mendapatkan ereksi yang cukup untuk insersi ke dalam vagina. Pada gangguan ereksi laki–laki yang di dapat, seorang laki–laki pernah berhasil melakukan penetrasi vagina pada suatu waktu di dalam kehidupan seksualnya, tetapi di kemudian hari tidak mampu melakukannya. Pada gangguan ereksi situasional, seorang laki–laki mampu melakukan hubungan seksual pada situasi terentu, tetapi tidak dapat melakukannya pada situasi lainnya.
Pada dasarnya disfungsi ereksi terbagi dalam 2 (dua) faktor yaitu psikis dan organis.
1. Faktor psikis biasanya dilatarbelakangi oleh faktor kejenuhan, kejengkelan, kekecewaan, hilangnya daya tarik terhadap pasangan, trauma seksual hingga rasa takut gagal yang terpicu dari kurangnya rasa kepercayaan diri. Mayoritas penderita gangguan ereksi yag disebabkan oleh faktor psikis yaitu laki-laki pada usia produktif.
2. Faktor organis : gangguan ereksi biasanya terkait penyakit seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, pasca-operasi prostat dan penyempitan pembuluh darah. Faktor usia juga dapat mempengaruhi dimana semakin tua usia semakin besar risiko gangguan ereksi. Kecenderungan penderita gangguan ereksi yang disebabkan oleh faktor organis yaitu laki-laki yang berusia di atas lima puluh tahun. Adapun penyebab-penyebab gangguan ereksi pada laki-laki, antara lain: kelainan pembuluh darah, Kelainan persarafan, obat-obatan (seperti obat zat psikotropika, antidepresi (litium), obat penenang, dan hormon), kelainan pada penis, masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual.
4. Disfungsi orgasme
Yaitu orgasme yang sangat lambat terjadi atau sama sekali tidak terjadi. Lebih sering terjadi pada wanita. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab seorang wanita tidak bisa mencapai orgasme, baik organik maupun psikis yakni antara lain:
• Pernah mengalami kekerasan seksual atau pemerkosaan;
• Aktifitas seksual yang menjemukan;
• Mengkonsumsi obat-obatan seperti fluoksetin, paroksetin, atau sertralin;
• Penyakit hormonal, menopause, atau penyakit kronik yang mempengaruhi hasrat seksual;
• Penyakit yang mengenai saraf panggul misalnya multipel sklerosis, neuropati diabetik, dan cedera sum-sum tulang belakang;
• Kelelahan berlebihan dan stres;
• Sikap negatif terhadap seks, biasanya muncul sejak masa anak-anak atau remaja;
• Malu membicarakan dengan pasangan mengenai tipe stimulasi atau gaya yang memberi kenikmatan maksimal;
• Perselisihan dengan pasangan atau kurangnya kedekatan emosional dengannya.
5. Ejakulasi dini
Ejakulasi dini (Premature Ejaculation) ialah pelepasan air mani (semen, sprema) pada saat orgasme. Definisi lebih jelas yaitu pembuangan sperma yang terlalu dini atau cepat, berlangsung saat zakar melalukan penetrasi dalam vagina atau berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Jadi, ejakulasi premature adalah peristiwa terlampau cepat mengeluarkan sperma pada saat intromissi, dan pihak pria tidak mampu menahan dorongan ejakulasi di dalam vagina selama beberapa detik. Hal ini dapat terjadi sebelum, pada saat, atau segera setelah penetrasi, tetapi sebelum pria tersebut menginginkannya. Pada umumnya ejakulasi dini tersebut disebabkan oleh rasa tidak aman dan rasa kurang percaya diri.
Ejakulasi dini ini merupakan bentuk impotensi lain yang tidak terlalu parah. Penyebab lain yang bersifat negative cultural conditioning yaitu akibat si pria yang terlalu tergesa-gesa dan pengalaman pertama seks yang tergesa-gesa pula, misalnya koitus dengan wanita tuna susila atau koitus yang dilakukan dengan curi-curi kesempatan yang disertai rasa ketakutan. Seringkali ejakulasi dini dikaitkan dengan ansietas dan rasa bersalah. Penyebab yang bersifat psikis misalnya rasa bersalah dibidang seks, perfeksionisme, pengharapan yang tidak realistik dalam seks, hipersensitif dalam relasi interpersonal dan konflik orangtua–anak.
6. Vaginismus
Vaginismus adalah berkontraksinya otot-otot sepertiga bagian luar vagina yang menyebabkan tertutupnya liang vagina, sehingga sulit terjadi intromisi penis atau nyeri.
Pada peristiwa lainnya yang sangat luar biasa, kontraksi vagina itu berlangsung begitu hebatnya, sehingga penis terjepit dan ‘terperangkap’ sehingga tidak bisa keluar dari vagina. Terjadilah apa yang disebut penis captivus. Peristiwa vaginismus bisa timbul spontan tanpa disadari, bisa reflektif sewaktu zakar melakukan penetrasi, atau sewaktu berlangsung emossio penis (zakar mengeluarkan mani) atau berlangsung pada waktu diadakan pemeriksaan ginekologis.
Lantaran faktor psikis dan fisik (mind and body) berkontribusi penting, maka rekomendasi terapi akhir-akhir ini meliputi fisioterapi otot panggul, obat-obatan medis, psikoterapi, terapi kognitif tentang seksualitas atau kombinasi dari keempat terapi tersebut. Fisioterapi otot panggul semata dapat mencapai kesembuhan pada sekitar 80 persen kasus. Pada sejumlah kasus yang refrakter (sulit disembuhkan), suntikan larutan pelumpuh otot botox (botulinum toxin) menunjukan efektivitasnya.
7. Dispareunia
Istilah dyspareunia dahulu pernah dipakai di Inggris hanya untuk mengacu ke nyeri senggama dengan penyebab organik. Dispareunia berarti nyeri alat kelamin yang menetap atau berulang, yang berkaitan dengan hubungan seksual (masuknya penis ke vagina) atau upaya memasukkan objek ke vagina (baik sebagian atau keseluruhan), yang menyulitkan diri sendiri atau menimbulkan ketidaknyamanan. Makna lain dispareunia adalah sensasi nyeri saat vagina sedang atau telah lengkap dimasuki, pengalaman nyeri selama persetubuhan (sexual intercourse) dan/atau nyeri nonseksual dengan penetrasi vagina, atau nyeri alat kelamin yang dialami sebelum, selama, atau setelah senggama.
Sekitar 4% dari 4100 wanita telah menikah mengalami dispareunia, dan 73% di antara mereka memiliki penyebab fisik primer. Di Indonesia, angka dispareunia belum diketahui pasti mengingat hambatan sosiokultural, sebagian masyarakat masih tabu membicarakan masalah/problematika seks, banyak wanita enggan berbicara terbuka dengan pasangannya, terlebih lagi untuk ke dokter. Hal ini merupakan hambatan terbesar penatalaksanaan kasus.
8. Dorongan seksual yang berlebihan
Pria dan wanita kadang-kadang mungkin mengeluh mengenai dorongan seksual yang berlebihan (hiperseks) yang menjadi masalah tersendiri dan timbul biasanya pada akhir masa remaja atau pada dewasa muda. Bila keadaan ini sekunder dari suatu gangguan afektif (F30- F39) atau bila timbul saat awal demensia (F00-F03). Yang termasuk dalam golongan ini adalah nimfomania dan satyriasis.
9. Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
Kategori ini mencakup disfungsi seksual yang tidak dapat digolongkan kedalam kategori yang telah dijelaskan di atas. Contohnya mencakup orang yang mengalami komponen fisiologis gairah seksual dan orgasme tetapi melaporkan tidak adanya sensasi erotik atau bahkan anastesia (anhedonia orgasmic). Perempuan dengan keadaan yang menyerupai ejakulasi dini pada laki-laki juga digolongkan di sini.
Perempuan yang mengalami orgasme dan menginginkan orgasme multiple, tetapi tidak mengalaminya dapat digolongkan juga di sini. Di samping itu, gangguan disfungsi berlebihan, bukannya hambatan, seperti masturbasi atau koitus kompulsif (adiksi seks), atau mereka yang mengalami nyeri genital saat masturbasi dapat digolongkan di sini. Gangguan lain yang tidak dirinci ditemukan pada orang yang memiliki lebih fantasi seksual yang mereka rasakan salah atau disforik, tetapi kisaran fantasi seksual yang lazim sangat luas.
Diagnosis dan penanganan disfungsi seksual memerlukan kerjasama dari beberapa ahli, seperti dokter spesialis urologi, dokter kandungan, dokter endokrin, dokter andrologi, dokter saraf, psikiater, serta terapis seksual, guna mendapatkan diagnosis dan pilihan pengobatan yang tepat. Pengobatan disfungsi seksual bertujuan untuk mengatasi masalah utama yang menyebabkan disfungsi seksual. Oleh karena itu, pengobatan disfungsi seksual akan disesuaikan dengan masing-masing penyebabnya. Pengobatan tersebut meliputi :
Konsumsi obat atas persetujuan dokter karena dapat menimbulkan gangguan kerja organ jantung.
Terapi psikologi dilakukan oleh psikolog atau psikiater untuk membantu seseorang mengatasi gangguan psikologi yang menyebabkan disfungsi seksual. Contohnya adalah terapi untuk mengatasi kecemasan, rasa takut, atau perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi seksual penderitanya.
Selain itu, dokter atau psikolog akan memberikan pemahaman tentang seks dan tingkah laku seksual kepada pasien. Pemahaman tentang hubungan seksual perlu dimiliki penderita agar kegelisahan tentang kemampuan seksualnya dapat teratasi.
Sesi terapi juga dapat dilakukan bersama dengan pasangan untuk mengetahui tentang kebutuhan dan kegelisahan masing-masing sehingga dapat mengatasi hambatan dalam aktivitas seksual.
Bagi wanita dengan kadar estrogen rendah, terapi pengganti hormon estrogen dapat diberikan guna membantu elastisitas vagina dengan meningkatkan aliran darah dan pelumas pada vagina. Terapi ini dapat diberikan dalam bentuk cincin vagina, krim, atau tablet. Sedangkan bagi pria dengan kadar testosteron rendah, dokter dapat memberi terapi hormon testosteron untuk meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh.
Untuk menangani disfungsi seksual akibat suatu penyakit adalah dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Misalnya, penderita diabetes akan diberikan metformin atau insulin untuk mengontrol kadar gula dalam darah.
Untuk mengatasi disfungsi seksual, juga perlu diterapkan pola hidup yang sehat, seperti berolahraga rutin dan berhenti merokok atau minum alkohol. Kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas aktivitas seksual.
Beberapa alat bantu, seperti alat pompa (vakum) dan vibrator, dapat membantu wanita atau pria dalam mengatasi masalah seksual. Operasi implan penis juga terkadang dipertimbangkan untuk membantu pria mengatasi gangguan ereksi.
Untuk mencegah munculnya disfungsi seksual, Anda dapat mengubah perilaku dan gaya hidup menjadi lebih sehat, yaitu dengan, berhenti merokok dan minum alkohol, menjaga berat badan tetap ideal, mengelola stres dan rasa cemas dengan baik, menjalani rehabilitasi untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba. Disfungsi seksual juga merupakan salah satu bagian dari proses penuaan, sehingga terkadang sulit untuk dihindari.
Penulis: dr. Fida Alawiyah (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Sultan Abdurrahman No. 9A Pontianak)
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III, disfungsi seksual dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Kurang atau Hilangnya Nafsu Seksual
Hilangnya nafsu seksual merupakan masalah utama dan tidak merupakan gangguan sekunder dari kesulitan seksual lainnya, seperti kegagalan ereksi atau disareunia. Berkurangnya nafsu seksual tidak menyingkirkan kenikmatan atau gairah seksual, tetapi menyebabkan berkurangnya aktivitas awal seksual.
Gangguan ini termasuk juga gangguan hasrat seksual hipoaktif yang ditandai dengan defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk melakukan aktifitas seksual. Gangguan hasrat seksual hipoaktif lazim ditemukan dari pada gangguan keengganan seksual, dan sering terjadi pada perempuan dibanding laki – laki.
2. Penolakan dan Kurangnya kenikmatan Seksual
Penolakan apabila berhubungan seksual disertai oleh perasaan negatif, yang menimbulkan perasaan takut dan cemas sehingga aktifitas seksual dihindari. Sedangkan kurangnya kenikmatan seksual, meskipun hubungan seksual berjalan normal, orgasme tetap bisa dicapai akan tetapi hal tersebut tidak mendatangkan kenikmatan.
Biasanya lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki – laki.
3. Kegagalan respon genital
Pada laki – laki, masalah utama adalah disfungsi ereksi, sepertim kesulitan untuk terjadinya atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk senggama yang memuaskan. Bila ereksi terjadi normal pada situasi tertentu, misalnya selama masturbasi atau diwaktu tidur, maka biasanya penyebabnya adalah psikogenik. Pada perempuan, masalah utama adalah kekeringan vagina atau kegagalan pelicinan. Penyebabnya dapat psikogenik atau patologis atau kekurangan hormon estrogen.
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan pria untuk memperoleh ereksi dan atau mempertahankan ereksi hingga koitus selesai. Gangguan ini dahulu disebut impotensi. Seorang laki–laki dengan gangguan ereksi seumur hidup tidak pernah mampu mendapatkan ereksi yang cukup untuk insersi ke dalam vagina. Pada gangguan ereksi laki–laki yang di dapat, seorang laki–laki pernah berhasil melakukan penetrasi vagina pada suatu waktu di dalam kehidupan seksualnya, tetapi di kemudian hari tidak mampu melakukannya. Pada gangguan ereksi situasional, seorang laki–laki mampu melakukan hubungan seksual pada situasi terentu, tetapi tidak dapat melakukannya pada situasi lainnya.
Pada dasarnya disfungsi ereksi terbagi dalam 2 (dua) faktor yaitu psikis dan organis.
1. Faktor psikis biasanya dilatarbelakangi oleh faktor kejenuhan, kejengkelan, kekecewaan, hilangnya daya tarik terhadap pasangan, trauma seksual hingga rasa takut gagal yang terpicu dari kurangnya rasa kepercayaan diri. Mayoritas penderita gangguan ereksi yag disebabkan oleh faktor psikis yaitu laki-laki pada usia produktif.
2. Faktor organis : gangguan ereksi biasanya terkait penyakit seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, pasca-operasi prostat dan penyempitan pembuluh darah. Faktor usia juga dapat mempengaruhi dimana semakin tua usia semakin besar risiko gangguan ereksi. Kecenderungan penderita gangguan ereksi yang disebabkan oleh faktor organis yaitu laki-laki yang berusia di atas lima puluh tahun. Adapun penyebab-penyebab gangguan ereksi pada laki-laki, antara lain: kelainan pembuluh darah, Kelainan persarafan, obat-obatan (seperti obat zat psikotropika, antidepresi (litium), obat penenang, dan hormon), kelainan pada penis, masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual.
4. Disfungsi orgasme
Yaitu orgasme yang sangat lambat terjadi atau sama sekali tidak terjadi. Lebih sering terjadi pada wanita. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab seorang wanita tidak bisa mencapai orgasme, baik organik maupun psikis yakni antara lain:
• Pernah mengalami kekerasan seksual atau pemerkosaan;
• Aktifitas seksual yang menjemukan;
• Mengkonsumsi obat-obatan seperti fluoksetin, paroksetin, atau sertralin;
• Penyakit hormonal, menopause, atau penyakit kronik yang mempengaruhi hasrat seksual;
• Penyakit yang mengenai saraf panggul misalnya multipel sklerosis, neuropati diabetik, dan cedera sum-sum tulang belakang;
• Kelelahan berlebihan dan stres;
• Sikap negatif terhadap seks, biasanya muncul sejak masa anak-anak atau remaja;
• Malu membicarakan dengan pasangan mengenai tipe stimulasi atau gaya yang memberi kenikmatan maksimal;
• Perselisihan dengan pasangan atau kurangnya kedekatan emosional dengannya.
5. Ejakulasi dini
Ejakulasi dini (Premature Ejaculation) ialah pelepasan air mani (semen, sprema) pada saat orgasme. Definisi lebih jelas yaitu pembuangan sperma yang terlalu dini atau cepat, berlangsung saat zakar melalukan penetrasi dalam vagina atau berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Jadi, ejakulasi premature adalah peristiwa terlampau cepat mengeluarkan sperma pada saat intromissi, dan pihak pria tidak mampu menahan dorongan ejakulasi di dalam vagina selama beberapa detik. Hal ini dapat terjadi sebelum, pada saat, atau segera setelah penetrasi, tetapi sebelum pria tersebut menginginkannya. Pada umumnya ejakulasi dini tersebut disebabkan oleh rasa tidak aman dan rasa kurang percaya diri.
Ejakulasi dini ini merupakan bentuk impotensi lain yang tidak terlalu parah. Penyebab lain yang bersifat negative cultural conditioning yaitu akibat si pria yang terlalu tergesa-gesa dan pengalaman pertama seks yang tergesa-gesa pula, misalnya koitus dengan wanita tuna susila atau koitus yang dilakukan dengan curi-curi kesempatan yang disertai rasa ketakutan. Seringkali ejakulasi dini dikaitkan dengan ansietas dan rasa bersalah. Penyebab yang bersifat psikis misalnya rasa bersalah dibidang seks, perfeksionisme, pengharapan yang tidak realistik dalam seks, hipersensitif dalam relasi interpersonal dan konflik orangtua–anak.
6. Vaginismus
Vaginismus adalah berkontraksinya otot-otot sepertiga bagian luar vagina yang menyebabkan tertutupnya liang vagina, sehingga sulit terjadi intromisi penis atau nyeri.
Pada peristiwa lainnya yang sangat luar biasa, kontraksi vagina itu berlangsung begitu hebatnya, sehingga penis terjepit dan ‘terperangkap’ sehingga tidak bisa keluar dari vagina. Terjadilah apa yang disebut penis captivus. Peristiwa vaginismus bisa timbul spontan tanpa disadari, bisa reflektif sewaktu zakar melakukan penetrasi, atau sewaktu berlangsung emossio penis (zakar mengeluarkan mani) atau berlangsung pada waktu diadakan pemeriksaan ginekologis.
Lantaran faktor psikis dan fisik (mind and body) berkontribusi penting, maka rekomendasi terapi akhir-akhir ini meliputi fisioterapi otot panggul, obat-obatan medis, psikoterapi, terapi kognitif tentang seksualitas atau kombinasi dari keempat terapi tersebut. Fisioterapi otot panggul semata dapat mencapai kesembuhan pada sekitar 80 persen kasus. Pada sejumlah kasus yang refrakter (sulit disembuhkan), suntikan larutan pelumpuh otot botox (botulinum toxin) menunjukan efektivitasnya.
7. Dispareunia
Istilah dyspareunia dahulu pernah dipakai di Inggris hanya untuk mengacu ke nyeri senggama dengan penyebab organik. Dispareunia berarti nyeri alat kelamin yang menetap atau berulang, yang berkaitan dengan hubungan seksual (masuknya penis ke vagina) atau upaya memasukkan objek ke vagina (baik sebagian atau keseluruhan), yang menyulitkan diri sendiri atau menimbulkan ketidaknyamanan. Makna lain dispareunia adalah sensasi nyeri saat vagina sedang atau telah lengkap dimasuki, pengalaman nyeri selama persetubuhan (sexual intercourse) dan/atau nyeri nonseksual dengan penetrasi vagina, atau nyeri alat kelamin yang dialami sebelum, selama, atau setelah senggama.
Sekitar 4% dari 4100 wanita telah menikah mengalami dispareunia, dan 73% di antara mereka memiliki penyebab fisik primer. Di Indonesia, angka dispareunia belum diketahui pasti mengingat hambatan sosiokultural, sebagian masyarakat masih tabu membicarakan masalah/problematika seks, banyak wanita enggan berbicara terbuka dengan pasangannya, terlebih lagi untuk ke dokter. Hal ini merupakan hambatan terbesar penatalaksanaan kasus.
8. Dorongan seksual yang berlebihan
Pria dan wanita kadang-kadang mungkin mengeluh mengenai dorongan seksual yang berlebihan (hiperseks) yang menjadi masalah tersendiri dan timbul biasanya pada akhir masa remaja atau pada dewasa muda. Bila keadaan ini sekunder dari suatu gangguan afektif (F30- F39) atau bila timbul saat awal demensia (F00-F03). Yang termasuk dalam golongan ini adalah nimfomania dan satyriasis.
9. Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
Kategori ini mencakup disfungsi seksual yang tidak dapat digolongkan kedalam kategori yang telah dijelaskan di atas. Contohnya mencakup orang yang mengalami komponen fisiologis gairah seksual dan orgasme tetapi melaporkan tidak adanya sensasi erotik atau bahkan anastesia (anhedonia orgasmic). Perempuan dengan keadaan yang menyerupai ejakulasi dini pada laki-laki juga digolongkan di sini.
Perempuan yang mengalami orgasme dan menginginkan orgasme multiple, tetapi tidak mengalaminya dapat digolongkan juga di sini. Di samping itu, gangguan disfungsi berlebihan, bukannya hambatan, seperti masturbasi atau koitus kompulsif (adiksi seks), atau mereka yang mengalami nyeri genital saat masturbasi dapat digolongkan di sini. Gangguan lain yang tidak dirinci ditemukan pada orang yang memiliki lebih fantasi seksual yang mereka rasakan salah atau disforik, tetapi kisaran fantasi seksual yang lazim sangat luas.
Diagnosis dan penanganan disfungsi seksual memerlukan kerjasama dari beberapa ahli, seperti dokter spesialis urologi, dokter kandungan, dokter endokrin, dokter andrologi, dokter saraf, psikiater, serta terapis seksual, guna mendapatkan diagnosis dan pilihan pengobatan yang tepat. Pengobatan disfungsi seksual bertujuan untuk mengatasi masalah utama yang menyebabkan disfungsi seksual. Oleh karena itu, pengobatan disfungsi seksual akan disesuaikan dengan masing-masing penyebabnya. Pengobatan tersebut meliputi :
- Konsumsi obat
Konsumsi obat atas persetujuan dokter karena dapat menimbulkan gangguan kerja organ jantung.
- Psikoterapi
Terapi psikologi dilakukan oleh psikolog atau psikiater untuk membantu seseorang mengatasi gangguan psikologi yang menyebabkan disfungsi seksual. Contohnya adalah terapi untuk mengatasi kecemasan, rasa takut, atau perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi seksual penderitanya.
Selain itu, dokter atau psikolog akan memberikan pemahaman tentang seks dan tingkah laku seksual kepada pasien. Pemahaman tentang hubungan seksual perlu dimiliki penderita agar kegelisahan tentang kemampuan seksualnya dapat teratasi.
Sesi terapi juga dapat dilakukan bersama dengan pasangan untuk mengetahui tentang kebutuhan dan kegelisahan masing-masing sehingga dapat mengatasi hambatan dalam aktivitas seksual.
- Pengobatan untuk mengatasi gangguan hormon
Bagi wanita dengan kadar estrogen rendah, terapi pengganti hormon estrogen dapat diberikan guna membantu elastisitas vagina dengan meningkatkan aliran darah dan pelumas pada vagina. Terapi ini dapat diberikan dalam bentuk cincin vagina, krim, atau tablet. Sedangkan bagi pria dengan kadar testosteron rendah, dokter dapat memberi terapi hormon testosteron untuk meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh.
- Pengobatan untuk menangani masalah fisik
Untuk menangani disfungsi seksual akibat suatu penyakit adalah dengan mengobati penyakit yang mendasarinya. Misalnya, penderita diabetes akan diberikan metformin atau insulin untuk mengontrol kadar gula dalam darah.
- Perubahan gaya hidup
Untuk mengatasi disfungsi seksual, juga perlu diterapkan pola hidup yang sehat, seperti berolahraga rutin dan berhenti merokok atau minum alkohol. Kegiatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas aktivitas seksual.
Beberapa alat bantu, seperti alat pompa (vakum) dan vibrator, dapat membantu wanita atau pria dalam mengatasi masalah seksual. Operasi implan penis juga terkadang dipertimbangkan untuk membantu pria mengatasi gangguan ereksi.
Untuk mencegah munculnya disfungsi seksual, Anda dapat mengubah perilaku dan gaya hidup menjadi lebih sehat, yaitu dengan, berhenti merokok dan minum alkohol, menjaga berat badan tetap ideal, mengelola stres dan rasa cemas dengan baik, menjalani rehabilitasi untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba. Disfungsi seksual juga merupakan salah satu bagian dari proses penuaan, sehingga terkadang sulit untuk dihindari.
Penulis: dr. Fida Alawiyah (Dokter Konsultan Medis Laboratorium Klinik PRAMITA Jl. Sultan Abdurrahman No. 9A Pontianak)