Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
HIV / AIDS DICEGAH PENULARANNYA !
Thu, 8 Dec 2022
Berdasarkan data modeling AEM, tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526,841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Dimana, sekitar 40% dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan.
Penyebabnya beragam mulai dari pandemi COVID-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi mengatakan, sebanyak 12.553 anak di bawah usia 14 tahun terinfeksi HIV. Kasus HIV pada anak banyak dialami oleh anak di bawah usia 4 tahun, dengan jumlah 4.764 orang, data tersebut di atas merupakan data yang terkumpul pada tahun 2020 hingga September 2022. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan''.
Mereka yang telah terjangkit HIV/AIDS disebut dengan ODHA, yaitu singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS sering kali dikucilkan dari masyarakat karena keberadaannya dianggap membahayakan lingkungan sekitar. Pada kenyataannya HIV tidak akan menular sekedar melalui kontak sosial.
HIV (Human Immunodeficienty Virus) merupakan jenis virus yang bisa menyerang pada kekebalan tubuh manusia. Virus ini akan menyerang sel T yang merupakan salah satu jenis sel darah putih yang berperan dalam produksi antibodi dan menyerang sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Tahapan selanjutnya dari infeksi virus HIV adalah AIDS, yaitu kumpulan gejala yang ditimbulkan akibat rusaknya sistem imunitas tubuh.
Tiga cara penularan HIV yaitu:
• Hubungan seksual (80-90% dari total kasus sedunia)
• Kontak langsung dengan darah/jarum suntik dan cairan tubuh
• Secara vertikal → dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya baik selama hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Pada ODHA sering dijumpai infeksi oportunistik (IO) berbagai sistem organ tubuh. Mereka juga akan mendapatkan peningkatan risiko terhadap berbagai jenis keganasan, seperti kanker serviks, kaposi’s sarcoma dan lymphoma. Karena itu ODHA seringkali mengalami gejala2 infeksi sistemik seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, kelemahan/keletihan, gangguan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
Meskipun dikatakan belum ada obat yang benar2 dapat menyembuhkan HIV/AIDS, namun perkembangan virus dapat dihambat dengan ARV (Antiretroviral). Dengan demikian tubuh ODHA akan mendapatkan kesempatan untuk membangun kembali sistem imunitasnya. Dengan sistem imunitas yang membaik, diharapkan tubuh dapat mengatasi infeksi sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik dan harapan hidup menjadi lebih panjang.
ODHA tak perlu dijauhi, karena dengan minum obat anti HIV secara teratur, sistem imun akan terlindungi, dengan penatalaksanaan yang baik dan benar, penularan virus HIV dapat dicegah.
Disamping itu juga diperlukan upaya pencegahan lain, seperti :
• Mencegah pajanan dengan penyakit menular seksual lainnya
• Tidak berbagi dalam penggunaan jarum suntik, alat makan dan perlengkapan pribadi lain
• Membatasi paparan terhadap kemungkinan infeksi, termasuk tuberculosis, kuman di tinja, air liur atau kuman pada kulit hewan
• Tidak mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk telur setengah matang, susu mentah, keju, jus buah yang tak dipasteurisasi dan sayuran mentah.
• Tidak minum air yang belum diolah, termasuk minum air keran meskipun layak minum.
• Mewaspadai kemungkinan terpapar dengan infeksi oportunistik di tempat kerja, di rumah dan pada saat liburan.
Dengan pengobatan dan penatalaksanaan yang baik dan benar, sangat memungkinkan ODHA memiliki pasangan yang bukan ODHA dan tidak selalu dapat menularkan, ibu dengan ODHA pun bisa melahirkan anak yang tidak terinfeksi HIV.
Penulis :
dr. Tony Iman, Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Pramita Jl. Kelapa Dua Raya No. 18 Jakarta).
Referensi : https://www.kemkes.go.id/article/view/22113000002/cegah-hiv-aids-kemenkes-perluas-akses-pencegahan-pada-perempuan-anak-dan-remaja.html
Penyebabnya beragam mulai dari pandemi COVID-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi mengatakan, sebanyak 12.553 anak di bawah usia 14 tahun terinfeksi HIV. Kasus HIV pada anak banyak dialami oleh anak di bawah usia 4 tahun, dengan jumlah 4.764 orang, data tersebut di atas merupakan data yang terkumpul pada tahun 2020 hingga September 2022. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak masih memerlukan penguatan''.
Mereka yang telah terjangkit HIV/AIDS disebut dengan ODHA, yaitu singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS sering kali dikucilkan dari masyarakat karena keberadaannya dianggap membahayakan lingkungan sekitar. Pada kenyataannya HIV tidak akan menular sekedar melalui kontak sosial.
HIV (Human Immunodeficienty Virus) merupakan jenis virus yang bisa menyerang pada kekebalan tubuh manusia. Virus ini akan menyerang sel T yang merupakan salah satu jenis sel darah putih yang berperan dalam produksi antibodi dan menyerang sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Tahapan selanjutnya dari infeksi virus HIV adalah AIDS, yaitu kumpulan gejala yang ditimbulkan akibat rusaknya sistem imunitas tubuh.
Tiga cara penularan HIV yaitu:
• Hubungan seksual (80-90% dari total kasus sedunia)
• Kontak langsung dengan darah/jarum suntik dan cairan tubuh
• Secara vertikal → dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya baik selama hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Pada ODHA sering dijumpai infeksi oportunistik (IO) berbagai sistem organ tubuh. Mereka juga akan mendapatkan peningkatan risiko terhadap berbagai jenis keganasan, seperti kanker serviks, kaposi’s sarcoma dan lymphoma. Karena itu ODHA seringkali mengalami gejala2 infeksi sistemik seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, kelemahan/keletihan, gangguan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
Meskipun dikatakan belum ada obat yang benar2 dapat menyembuhkan HIV/AIDS, namun perkembangan virus dapat dihambat dengan ARV (Antiretroviral). Dengan demikian tubuh ODHA akan mendapatkan kesempatan untuk membangun kembali sistem imunitasnya. Dengan sistem imunitas yang membaik, diharapkan tubuh dapat mengatasi infeksi sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik dan harapan hidup menjadi lebih panjang.
ODHA tak perlu dijauhi, karena dengan minum obat anti HIV secara teratur, sistem imun akan terlindungi, dengan penatalaksanaan yang baik dan benar, penularan virus HIV dapat dicegah.
Disamping itu juga diperlukan upaya pencegahan lain, seperti :
• Mencegah pajanan dengan penyakit menular seksual lainnya
• Tidak berbagi dalam penggunaan jarum suntik, alat makan dan perlengkapan pribadi lain
• Membatasi paparan terhadap kemungkinan infeksi, termasuk tuberculosis, kuman di tinja, air liur atau kuman pada kulit hewan
• Tidak mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk telur setengah matang, susu mentah, keju, jus buah yang tak dipasteurisasi dan sayuran mentah.
• Tidak minum air yang belum diolah, termasuk minum air keran meskipun layak minum.
• Mewaspadai kemungkinan terpapar dengan infeksi oportunistik di tempat kerja, di rumah dan pada saat liburan.
Dengan pengobatan dan penatalaksanaan yang baik dan benar, sangat memungkinkan ODHA memiliki pasangan yang bukan ODHA dan tidak selalu dapat menularkan, ibu dengan ODHA pun bisa melahirkan anak yang tidak terinfeksi HIV.
Penulis :
dr. Tony Iman, Sp.PK (Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Pramita Jl. Kelapa Dua Raya No. 18 Jakarta).
Referensi : https://www.kemkes.go.id/article/view/22113000002/cegah-hiv-aids-kemenkes-perluas-akses-pencegahan-pada-perempuan-anak-dan-remaja.html