Inspirasi Sehat
Semua
INFO PEMERIKSAAN
Parenting/Kesehatan Anak
LabPedia
Life Style
Kesehatan Wanita
Millenial
Info Kesehatan
Mitos/Fakta
Dapatkah Penderita HIV Memiliki Anak?
Tue, 15 Dec 2020
Memiliki anak yang dilahirkan dari rahim sendiri adalah impian semua wanita. Bisa melalui proses kehamilan selama sembilan bulan hingga melahirkan dan melihat anak sendiri berada di
pangkuan menjadi fase dalam kehidupan yang ingin dicapai. Sayangnya, tidak semua ibu bisa mendapatkan pengalaman ini, salah satunya wanita yang terinfeksi HIV.
Selama ini ada anggapan wanita yang terinfeksi HIV pasti akan menularkan HIV ke janinnya. Padahal belum tentu. Penularan HIV dari ibu ke anak dapat diminimalisir penularannyan jika segera dilakukan pencegahan. Banyak terdapat kasus bayi yang lahir dengan sehat meski si ibu terjangkit HIV/AIDS.
Cara pertama yang wajib dilakukan bagi ODHA jika ingin hamil adalah berkonsultasi kepada dokter. Umumnya, dokter akan memberitahukan apa saja syarat yang harus dipenuhi agar HIV tidak menular kepada janin sejak dalam kandungan. Syarat pertama tentunya adalah rajin minum ARV.
Tidak hanya rajin minum ARV saja, status virus HIV di dalam tubuh pun juga harus dicek terlebih dahulu. Jika statusnya aman, maka diperbolehkan untuk hamil. Selain itu, sel kekebalan tubuh atau CD-4 harus berada di antara angka 410-1.500. Jika syarat-syarat di atas sudah terpenuhi, maka sudah mendapatkan lampu hijau untuk memiliki anak. Pasangan yang mengidap HIV/AIDs atau orang dengan HIV/Aids (ODHA) yang telah memiliki antibodi lebih dari angka 400, bisa memiliki keturunan tanpa harus takut anaknya akan tertular.
Dikatakan, ketika ODHA sudah memiliki antibodi di atas angka 400 itu, maka bisa melakukan program kehamilan, juga harus didukung saat calon ibu berada dalam masa subur, sang ibupun saat menjalani proses melahirkan harus dengan cara operasi. Diyakini 90% bayi baru lahir itu tidak akan terkena HIV, sedangkan ibu tidak dibolehkan menyusui bayinya.
Memang perlu ada cara khusus agar apa yang diinginkan bisa terwujud, tapi kondisi kesehatan harus diperhatikan karena jika tidak, anak bisa tertular HIV.
pangkuan menjadi fase dalam kehidupan yang ingin dicapai. Sayangnya, tidak semua ibu bisa mendapatkan pengalaman ini, salah satunya wanita yang terinfeksi HIV.
Selama ini ada anggapan wanita yang terinfeksi HIV pasti akan menularkan HIV ke janinnya. Padahal belum tentu. Penularan HIV dari ibu ke anak dapat diminimalisir penularannyan jika segera dilakukan pencegahan. Banyak terdapat kasus bayi yang lahir dengan sehat meski si ibu terjangkit HIV/AIDS.
Cara pertama yang wajib dilakukan bagi ODHA jika ingin hamil adalah berkonsultasi kepada dokter. Umumnya, dokter akan memberitahukan apa saja syarat yang harus dipenuhi agar HIV tidak menular kepada janin sejak dalam kandungan. Syarat pertama tentunya adalah rajin minum ARV.
Tidak hanya rajin minum ARV saja, status virus HIV di dalam tubuh pun juga harus dicek terlebih dahulu. Jika statusnya aman, maka diperbolehkan untuk hamil. Selain itu, sel kekebalan tubuh atau CD-4 harus berada di antara angka 410-1.500. Jika syarat-syarat di atas sudah terpenuhi, maka sudah mendapatkan lampu hijau untuk memiliki anak. Pasangan yang mengidap HIV/AIDs atau orang dengan HIV/Aids (ODHA) yang telah memiliki antibodi lebih dari angka 400, bisa memiliki keturunan tanpa harus takut anaknya akan tertular.
Dikatakan, ketika ODHA sudah memiliki antibodi di atas angka 400 itu, maka bisa melakukan program kehamilan, juga harus didukung saat calon ibu berada dalam masa subur, sang ibupun saat menjalani proses melahirkan harus dengan cara operasi. Diyakini 90% bayi baru lahir itu tidak akan terkena HIV, sedangkan ibu tidak dibolehkan menyusui bayinya.
Memang perlu ada cara khusus agar apa yang diinginkan bisa terwujud, tapi kondisi kesehatan harus diperhatikan karena jika tidak, anak bisa tertular HIV.